Intisari-Online.com – Ada seorang gadis bernama Shinta. Ia adalah seorang gadis yang sangat bahagia dan menyenangkan. Ia tidak jenius tapi cukup bagus dalam studinya. Ia tidak pernah memiliki suasana hati yang buruk. Ibu dan ayahnya sangat menyukainya.
Ayah Shinta adalah seorang juru kamera dan mengadakan perjalanan ke seluruh dunia untuk memotret kriket, sepak bola, voli, tenis, dan olahraga lainnya. Sementara Shinta bersekolah di sebuah sekolah khusus wanita, yang membuatnya mempunyai teman setiap dua hari.
Pada suatu hari Shinta sakit parah. Sepuluh hingga dua belas hari berlalu dan Shinta berangsur menjadi lebih baik. Suatu kali Shinta dan ibunya mengunjungi seorang teman Shinta. Malam datng, dan Shinta dan temannya itu pergi bermain. Tiba-tiba teman Shinta meninggalkannya untuk bermain kriket. Shinta pun pergi bermain di taman.
Setelah beberapa saat Shinta memikirkan untuk memanjat seperti monyet. Ia naik ke sebuah pohon, beberapa detik kemudian… crakkk!! Shinta jatuh! Air matanya mulai terlihat di matanya. Shita tidak sadarkan diri selama beberapa menit. Lalu perlahan-lahan ia pergi dan duduk di bangku. Ia bahkan tidak punya tenaga untuk memanggil seseorang tapi hanya menangis diam-diam. Lima sampai sepuluh menit berlalu, Shinta duduk di sana sendirian tidak bisa bergerak.
Tiba-tiba seorang wanita datang dan bertanya, “Dari mana Anda berasal? Dari blok mana?”
Shinta hanya membalas dengan mulutnya. Wanita itu meraih tangannya dan membawanya kepada ibunya. Semua orang terkejut ketika Shinta mengatakan kepada mereka apa yang telah terjadi padanya.
“Kita tidak punya waktu. Tapi sekarang, Shinta perlu di-rontgen. Mungkin, tangannya rusak,” kata wanita itu.
“Ini cukup buruk,” pikir Shinta kepada Tuhan. Lalu, ia tiba-tiba menangis lebih keras daripada sebelumnya. Tiga tetangga mereka bergegas keluar dari rumah mereka. Salah satunya adalah seorang dokter yang sudah tua dan terkenal.
“Pergi ke dokter segera, ini serius,” kata dokter itu. Semua orang pun mengangkat Shinta dan ikut masuk ke mobil.
Tiba-tiba Ibu Shinta ingat teman lamanya, dr. Bernie. Ia pun mengatakan akan membawanya ke tempat praktik dr. Bernie. Ketika dilakukan penyinaran, terlihat bahwa tangan Shinta tidak hanya rusak, tapi juga menderita beberapa patah tulang.
“Apakah ini tidak cukup buruk?” pikir Shinta kepada Tuhan.
Maka mereka pun membawa Shinta ke sebuah rumah sakit untuk dirawat. Keesokan harinya ia menjalani operasi yang berlangsung sukses. Ia tidak bisa pergi ke sekolah selama tiga bulan. Ia merasa tertekan dan sedih. Kemudian ia menjalani operasi lagi, untuk kemudian benar-benar sehat dan baik-baik saja. Kemudian ia pergi ke sekolah dan ia menemukan kembali kesenangan, tawa, dan kebahagiaannya.
Empat bulan berlalu, dan Shinta lupa akan kecelakaan yang pernah menimpanya. Ia kemudian naik ke atas pohon, bergelayutan kembali mirip monyet, melompatinya, dan turun kembali dengan bahagia. Sekarang ia memiliki cerita baru untuk memberitahu semua orang.
“Ini benar-benar tidak buruk!” serunya kepada Tuhan.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR