Intisari-Online.com – Seorang Kaisar sedang berjalan melewati hutan dan tersesat. Ketika itu ia melihat seorang pria tidur di bawah pohon. Kaisar merasa senang karena merasa pria itu akan membimbing jalannya hingga ia bisa keluar dari hutan itu. Tapi ketika ia melihat pria itu, ternyata mulut pria itu terbuka, ya beberapa orang tidur dengan mulut terbuka. Dan seekor ular masuk ke dalam mulut pria itu.
Kaisar melihat ekor ular itu. Ia mengangkat cambuk dan mulai memukuli pria itu. Pria itu tiba-tiba terbangun. Pria itu tiba-tiba terbangun dan ia tidak bisa mengerti! Ia mulai berteriak dan menangis, “Apa yang Kau lakukan? Mengapa Kau memukuli saya? Salah apa yang telah saya lakukan kepada siapa? Oh Tuhan! Jahat sekali orang ini. Ia kuat, ia duduk di atas kuda, ia begitu kuat sehingga saya tidak bisa melawannya.”
Kaisar memaksanya untuk makan buah-buahan busuk yang tergeletak di tanah. Ia tidak berhenti, ia melanjutkan mencambuk pria itu. Pria itu menangis dan makan buah-buahan yang busuk dan bau. Kaisar itu mencambuk lagi, dan memaksa pria itu untuk makan begitu banyak buah busuk hingga ia muntah dan pingsan. Saat ia muntah, ular itu keluar bersama dengan muntahan.
Ketika pria itu melihat ular keluar dari mulutnya, ia tidak bisa mengerti apa yang telah terjadi. Ia kemudian membungkuk ke kaki Kaisar dan berkata, “Ini adalah rasa kasih sayang Anda kepadaku. Dengan mencambuk maka memaksa saya makan buah busuk ini, yang membuat tubuh saya menumpahkan isi perut. Ini adalah keberuntungan besar saya. Tuhan telah mengutus Anda pada waktu yang tepat atau saya akan mati. Tapi saya ingin mengatakan satu hal. Jika Anda mengatakan bahwa saya makan ular, bahwa saya telah menelan ular yang merayap atau sesuatu telah masuk ke dalam tubuh saya, pasti saya akan menyalahkan Anda dan mengutuk Anda.”
Kaisar itu berkata, “Jika saya katakan, tidak mungkin ular itu keluar. Anda akan mati ketakutan. Dengan mencambuk, Anda tidak akan mati. Jika saya mengatakan bahwa Anda telah menelan ular, maka saya tidak akan bisa membuat Anda memakan buah itu. Anda akan sadar dan itu tidak mungkin menyelamatkan Anda. Jadi saya harus menahan diri untuk mengatakan yang sesungguhnya dan melawan Anda sebagai gantinya. Untuk membuat Anda muntah menjadi perhatian utama saya. Saya harus berhenti mencemaskan Anda karena jika saya bisa membuat Anda muntah, entah bagaimana caranya, ular itu akan keluar.”
Demikianlah, entah apakah kita pernah mendengar pepatah ini: Lebih baik memiliki musuh cerdas daripada seorang teman yang bodoh.
Seorang musuh yang masuk akal lebih baik daripada seorang teman yang bodoh. Kaisar ini masuk akal. Ia tampaknya menjadi musuh karena melakukan kekerasan, melawan pria itu dan membuatnya berdarah, tapi ia cerdas. Bahkan kekerasannya membawa hasil yang baik. Jika seorang teman bodoh yang ada, maka kehidupan pria tidur itu akan hilang. Pertanyaan sebenarnya adalah bukan persahabatan atau permusuhan, tetapi kecerdasan. (Showering Without Clouds)