Intisari-Online.com - Jika ke Danau Toba, sempatkanlah menonton pertunjukan Sigale-gale menari. Sebuah boneka yang memiliki cerita mistis. Cerita ini hidup dalam benak masyarakat di Batak Toba. Cerita penuh teka-teki. Kisahnya berlangsung sudah sejak lama.
Saat mengikuti Jelajah Sepeda Sabang Padang Kompas PGN saya berkesempatan melihat pertunjukan Sigale-gale menari. Karena menginap di Tuk-tuk saya pergi ke Tomok. Tak jauh dari Makam Raja Sidabutar ada kelompok boneka Sigale-gale Saroha.
Pas tiba di sana sepi. Tak ada pertunjukan. Untuk "menanggap" perlu keluar duit Rp100 ribu untuk pertunjukan sekitar 15 menit. Saya lalu pergi ke Makam Raja Sidabutar. Nah, pas balik ternyata ada yang nanggap boneka Sigale-gale. Saya pun nebeng dengan membayar Rp5.000.
Sigale-gale merupakan boneka kayu yang dibuat untuk membahagiakan Raja Rahat. Dia adalah seorang raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba di Sumatera Utara kini. Si Raja Rahat memiliki seorang putra bernama Raja Manggale.
Suatu ketika, sang raja mengirim putranya untuk berperang. Namun tak dinyana, Si Raja Manggale tumbang di medan perang. Tragisnya lagi, mayatnya tak ditemukan. Si Raja Rahat sedih kehilangan putra semata wayang yang akan mewarisi kerajaannya, tersungkur melawan musuhnya. Raja pun akhirnya jatuh sakit, karena selalu memikirkan anaknya.
Akhirnya para dukun membuat patung mirip Manggale lalu dipanggillah rohnya sehingga bisa menggerak-gerakkan tangannya. Perlahan sang raja mulai pulih dari sakit. Sejak saat itu orang Batak menyebut boneka itu sebagai Sigale-gale atau si lemas-lemas.
Dalam pertunjukan sekarang ini tentu boneka tidak dimasuki roh. Untuk menggerakkan dibuatkan sistem penggerak mekanis. Bahkan ada yang sampai dapat membuat boneka itu menangis.
Sigale-gale menari diiringi gendang Batak. Pertunjukkan sekitar 15 menit itu dibagi dalam tiga tahap dengan tarian yang berbeda. (*)