HOK Tanzil Melongok ke Tenggarong

Birgitta Ajeng

Editor

HOK Tanzil Melongok ke Tenggarong
HOK Tanzil Melongok ke Tenggarong

Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Kalimantan yang dia tulis di Intisari edisi Agustus 1979 dengan judul asli "Melancong ke Kalimantan".Intisari-Online.com -Pukul 11 lewat sampailah kami di sebuah simpang-tiga Loa Janan, di tepi Sungai Mahakam. Bila ke kanan menjurus ke Samarinda — Seberang sejarak 14 km.Karena saya anggap masih ada cukup waktu, saya belok kiri ke jurusan Tenggarong yang jauhnya 32 km.Berlainan dengan jalan yang baru dilalui, jalan ini selain lebih sempit, keadaannya kurang baik. Aspal di beberapa tempat bopeng, bahkan rusak cukup berat.Jalan tua sejajar dengan S. Mahakam ini, hampir pada seluruh sisinya terdapat rumah- rumah penduduk.Di antara dusun-dusun yang dilewati terdapat Jembayan dan Loa Kulu. Ada beberapa buah taxi Colt (oplet) yang kami lihat. Sebaliknya, lalu-lintas air tampak lebih ramai, karena jalan darat dari SMD ke hulu S.Mahakam hanya sampai Tenggarong, yaitu lebih kurang 45 km saja dari Samarinda. Selewat itu hanya sarana melalui air sajalah yang ada.Pukul 12 siang sampailah kami di Ibukota Kabupaten Kutai, Tenggarong yang pernah saya kunjungi 47 tahun yang lalu! Tak ada sesuatu lagi yang membekas di benak saya!Kota yang berpenduduk lebih kurang 15 000 itu mempunyai gedung terbaik, bekas keraton Kerajaan Kutai yang kini menjadi Museum Mulawarman. Kami melihatnya setelah membayar karcis masuk Rp 75.Dalam museum masih dapat dilihat dengan baik benda-benda bersejarah bekas peninggalan Sultan Kutai Kartanegara, antara lain tempat peraduan yang berkelambu kuning dengan pelbagai barang di dalamnya, patung perunggu "Lembu suasana", yakni lambang Kerajaan Kutai Kartanegara, singgasana, dan banyak lagi barang-barang bersejarah lainnya.Setelah merasa cukup melihat Tenggarong, kembalilah kami menuju Loa Janan untuk seterusnya melalui Projakal ke Samarinda - Seberang sejauh 14 km.