Sembilan puluh persen barang didapat dari balai lelang Christie. Barang koleksi Sjahrial, dijelaskan Mirza, berasal dari Zaman Triassic
(250-208 juta tahun lalu) sampai abad ke-20.
Karena berupa rumah, penataan barang-barang tersebar rapi di penjuru rumah. Mulai dari pintu masuk, toilet, dapur, sampai di sudut-sudut kebun terdapat arca-arca bersejarah, lukisan, pernak-pernik perak, benda-benda kubur dari abad pertengahan, dan banyak benda lain yang bikin geleng-geleng kepala.
Geleng-geleng kepala pasti akan banyak pertanyaan saat mengunjungi museum ini. Bagaimana dapatnya? Sejarahnya bagaimana? Berapa harganya? Tenang, Mirza akan menjelaskan semua pertanyaan tersebut. Tapi untuk pertanyaan terakhir, dijamin tidak akan dijawab.
“Lah juri penganugerahan museum terbaik saat itu saja bingung kok, ditanya berapa nilai koleksi ini.”
Museum di Tengah Kebun memang menyabet penghargaan Museum Swasta Terbaik 2013 pada Gelaran Museum Awards yang diselenggarakan oleh Komunitas Jejak Langkah Sejarah. Piala bergilir Gubernur DKI Jakarta terpampang di salah satu sudut meja di rumah ini.
Rasanya memang pantas museum ini mendapat penghargaan tersebut. Penataan barang koleksi yang saksama dengan detail penjelasan untuk tiap barangnya membuat perjalanan menengok tiap sudut museum ini terasa asyik. Ditambah lagi, Sjahrial juga membuat buku yang menerangkan sejarah tiap koleksinya, berikut foto-foto tiap barang.
Cerita mistis
Dijamin, Anda tidak akan berhenti terkesima. Banyak kejutan dari tiap ruangnya. Misalnya, cerita unik di balik pengumpulan koleksi. Salah satunya adalah Arca Dewa Wisnu yang ditemukan secara tidak sengaja di pematang sawah di Jawa Tengah. Bagian belakang
arca tersebut rata, maka itu arca tersebut dipakai untuk jembatan oleh petani setempat. “Tapi dasarnya Bapak (Sjahrial) instingnya
kuat tentang barang seperti ini, dia tahu saja kalau batu itu sebuah arca,” kata Mirza. Benar saja, ketika dibalik, terdapat pahatan Dewa Wisnu.
Atau beberapa potongan candi tanah liat yang didapatnya dari Amsterdam, Belanda. Dikisahkan Mirza, potongan candi itu berasal dari daerah Jawa Tengah. “Candinya sendiri sudah hancur oleh warga setempat, karena dipakai untuk bahan pewarna semen,” kata Mirza.
Miris memang, banyak benda bersejarah negara ini yang tidak terpelihara dengan baik karena kurangnya kesadaran menjaga benda
bersejarah. Yang masih ada, banyak yang justru berada di negeri orang.
“Salah satu misi Bapak (Sjahrial) adalah mengembalikan benda-benda itu kembali ke Indonesia, dengan cara membelinya,” terang Mirza. Selain itu, Mirza menirukan perkataan Sjahrial, jika sudah meninggal nanti, seluruh barang ini akan diwariskan kepada negara. Terutama generasi muda, supaya tetap dirawat, sehingga bisa menjadi sumber pengetahuan sejarah yang kaya.
Waktu 2,5 jam rasanya kurang. Cerita-cerita mengenai barang-barang koleksi yang dituturkan Mirza melayangkan jiwa ke peradaban
ratusan tahun lampau, ditambah bumbu-bumbu cerita mistis yang mengikuti tiap koleksi.
Boleh percaya boleh tidak, tapi itu salah satu bentuk penghormatan terhadap leluhur juga, ‘kan? (JB Satrio Nugroho/Intisari)
Museum Di Tengah Kebun
Jln. Kemang Timur Raya No. 66
Jakarta Selatan
Buka: Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu, pukul 09.30-12.00 WIB dan 12.30-15.00 WIB.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR