Intisari-Online.com - Dalam bereproduksi, makhluk hidup memiliki dua pilihan, yaitu reproduksi aseksual dan reproduksi seksual. Khusus untuk umat manusia, tentu ada alasan tersendiri mengapa reproduksi manusia harus melalui hubungan seksual, bukan aseksual.
Meskipun hubungan seksual menyenangkan, tentunya bagi sebagian besar orang, namun untuk urusan efisiensi samata, maka hubungan aseksual terlihat lebih sederhana. Para ahli biologi evolusi juga bertanya-tanya mengapa proses evolusi telah membuat makhluk hidup beralih dari reproduksi aseksual ke reproduksi seksual.
Ada teori yang mengatakan reproduksi seksual menjamin variasi genetik juga mampu menghilangkan penyakit, sehingga dengan cara alami tersebutlah DNA bermasalah dapat disingkirkan.
Pada 1990-an, Leigh Van Valen menciptakan hipotesis Ratu Merah, yang menyatakan mengapa reproduksi manusia harus melalui hubungan seksual, bukan aseksual, yaitu organisme harus terus-menerus berevolusi tidak hanya terhadap lingkungan, namun juga untuk mencegah kepunahan dalam menghadapi organisme lain.
Ini menjelaskan mengapa spesies yang hidup secara individual terus-menerus punah, dan menunjukkan bahwa reproduksi seksual (sebagai lawan reproduksi aseksual) memberikan keuntungan bagi organisme individu.
Studi terbaru yang dipublikasikan di Nature Genetics menyediakan cara ilmiah untuk melihat hal ini: Dengan berbagi materi genetik dengan pasangan, seorang individu menjadi lebih kuat dan pada akhirnya lebih mampu melawan penyakit.
Peneliti membandingkan genom dari ratusan populasi manusia yang berbeda dari seluruh dunia dan menemukan bagian DNA yang ditulis ulang lebih sering terjadi dibanding yang tidak.
Ketika organisme seksual, seperti manusia, mereproduksi, mereka merilis materi genetik yang memungkinkan terbangunnya “blok” gen dan kromosom untuk bergabung dan bermutasi secara menguntungkan.
Beberapa mutasi membantu kita, sementara yang lain meningkatkan risiko penyakit kita. Namun, berkat reproduksi seksual, materi genetik yang memburuk biasanya akan berubah menjadi lebih baik. Dengan kata lain, DNA yang buruk tersebut pada akhirnya ditulis ulang menajadi lebih baik.
Pernahkah Anda berpikir mengapa reproduksi manusia harus melalui hubungan seksual, bukan aseksual? (testtube.com)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR