Intisari-Online.com - Sebuah studi mengungkapkan apa yang terjadi pada otak ketika seseorang merasa hidupnya sebentar lagi berakhir. Studi ini dilakukan pada penumpang pesawat Air Transat 236 yang selamat pada tahun 2001 setelah melakukan pendaratan mendadak di wilayah Azeros karena kehabisan bahan bakar ketika berada di atas atlantik.
Disebutkan, karena kejadian tersebut, daya ingat para penumpang meningkat selama bertahun-tahun setelah insiden tersebut.
Studi ini dilakukan dalam dua bagian. Pada bagian pertama dari studi yang dilakukan oleh Rotman Research Institute dari Baycrest Health Sciences, para peneliti meminta para penumpang untuk menyelesaikan tes yang dirancang untuk mengetahui seberapa kuat daya ingat mereka atas insiden penerbangan tersebut setelah tiga tahun. Mereka juga diminta untuk mengingat peristiwa 9/11.
Penelitian ini menunjukkan, semua penumpang memiliki memori yang luar biasa dan mampu mengingat detil dari insiden pesawat tersebut. Ini terlepas dari apakah mereka memiliki gangguan stres pasca-trauma (PTSD) atau tidak.
Pada bagian kedua, hampir satu dekade kemudian, delapan penumpang setuju untuk tahap selanjutnya yakni melakukan pemindaian otak selama dilakukan pemutaran video insiden Air Transat dan rekaman peristiwa 9/11.
Ditempatkan di dalam magnetic resonance imaging (MRI) scanner, masing-masing dari delapan penumpang mampu mengingat rincian dari apa yang mereka alami saat berada di pesawat AT 236 tersebut.
Daya ingat mereka dikaitkan dengan adanya respon yang meningkat dalam jaringan di bagian-bagian otak yang berfungsi untuk memori emosional. Bagian-bagian otak tersebut termasuk amigdala, hipokampus, dan bagian garis tengah frontal dan posterior.
Dr Daniela Palombo, penulis utama studi tersebut sangat kaget dengan temuan ini. “Mereka mengingat insiden itu seolah-olah terjadi kemarin, padahal sebenarnya itu terjadi hampir satu dekade yang lalu,” jelasnya.
Para peneliti menemukan aktivitas otak dari para penumpang tersebut mengalami peningkatan. Efek dari hal tersebut adalah mengubah cara kerja otak mereka dalam memproses informasi baru. Ini mungkin membuat mereka lebih sensitif terhadap insiden lainnya yang dialami. (dailymail.co.uk)