Jejak Kerajaan Mataram Kuno Ditemukan di Kota Semarang

Moh. Habib Asyhad

Editor

Jejak Kerajaan Mataram Kuno Ditemukan di Kota Semarang
Jejak Kerajaan Mataram Kuno Ditemukan di Kota Semarang

Intisari-Online.com -Jejak kerajaan Mataram Kuno baru saja ditemukan di Kota Semarang, Jawa Tengah. Jejak, lebih tepatnya situs, itu berupa tumpukan batu yang tertata rapi dalam timbunan material tanah sedalam satu meter. Untuk keperluan eskavasi, lahan tersebut telah diberi batas dan tanda sesuai ketentuan penelitian arkeologi.

Situs tersebut berada di dalam lahan milik Sutopo, warga Dusun Bubuhan, Kelurahan Mijen, Kota Semarang. Situs tersebut sudah dalam kondisi terpendam, sehingga untuk mengetahuinya dilakukan proses pengerukan atau eskavasi.

Seperti dilansir dari Tribunnews.com, telah ada beberapa penggalian situs di area seluas 9,3 meter persegi itu. Meski terpendam di dalam tanah, situs tersebut masih sangat rapi. ”Situs ini dilihat dari ukurannya kemungkinan bentuknya bujur sangkar. Ini termasuk yang sedang, karena kita bisa lihat dari bagian dasaran dan sedikit tubuh bangunan yang digali ini,” ujar Koordinator Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Agus Tijanto, Senin (28/9).

Masih dari sumber yang sama, penggalian telah dilakukan sejak jumat (25/8) kemarin hingga Selasa (29/8) esok. Eskavasi dilakukan oleh empat orang pekerja dari mulai pukul 08.00 WIB hingga sore pukul 16.00 WIB. Supaya situs tidak rusak, proses penggalian tidak menggunakan alat berat.

Seperti disebut di awal, situs kuno yang digali ini diperkirakan adalah situs Hindu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Situs ini pertama kali ditemukan oleh Pusat Arkeologi pada tahun 1976 silam, namun belum sempat dilakukan eskavasi. Baru pada tahun ini, eskavasi pada situs tersebut dilakukan untuk dilakukan penelitian secara lebih mendalam.

“Untuk pastinya situs peninggalan apa masih akan kita kaji di laboratorium dengan arang dan karbon,” terang Agus.

Asmuni (50), salah seorang pekerka eskavasi, mengatakan, warga setempat semula tidak tahu ada situs peninggalan masa lampau. Warga hanya tahu tempat tersebut angker dan tidak banyak orang yang berani melewati tempat itu. “Palingan kalau hari biasa ya saya yang lewat. Yang lain pada enggak berani, katanya disini banyak hantunya. Padahal ada situsnya,” ucapnya.