Bagaimana Menangani Pekerja Keras?

Birgitta Ajeng

Penulis

Bagaimana Menangani Pekerja Keras?
Bagaimana Menangani Pekerja Keras?

Intisari-Online.com - Menerapkan pola bekerja keras sering bertentangan dengan para manajer. Namun dengan pengelolaan yang tepat, perusahaan bisa meminimalkan efek negatif dan fokus pada sisi positif. Artinya, perusahaan bisa mengambil keuntungan dari upaya dan kesediaan pola bekerja keras, yang bekerja tanpa rasa tegang dan lelah, untuk membantu pekerja lain.

Penelitian oleh Wayne Hochwarter, yang melibatkan Jim Moran, profesor Bussiness Administration di Florida State’s College of Business dan rekannya, Daniel Herrera, menemukan bahwa 60% dari 400 pekerja profesional dan administrasi menganggap diri mereka sebagai pekerja keras.

"Kami menemukan bahwa ada level optimal dari sebuah kerja keras untuk keefektifan kerja dan kesehatan," kata Hochwarter. "Bagaimanapun, ketika sudah terlanjur dalam posisi rendah atau tinggi, bagi perusahaan dan karyawan sama-sama menderita. Kami menemukan bahwa para pekerja keras sangat berjuang ketika mereka merasa bahwa mereka sendirian."

Kunci untuk mendapatkan hasil maksimal dari pola bekerja keras adalah meningkatkan pendapatan perusahaan. Para pekerja keras memiliki kepuasan paling tinggi saat bekerja, dan mereka menganggap bekerja adalah hal penting dalam pemenuhan karier. Sedangkan efek negatif dari orang-orang yang kecanduan kerja adalah kelelahan, pengucilan, dan frustasi.

Para manajer harus berkomunikasi dengan orang-orang yang bekerja sangat keras untuk mengetahui bagaimana harapan mereka. Para peneliti juga menunjukkan bahwa manajer memiliki harapan yang lebih realistis ketika datang ke pekerja mereka dalam rangka untuk memaksimalkan hal positif dalam bekerja keras.

"Memiliki harapan yang realistis yang memperhitungkan baik pekerjaan dan orang yang melakukan pekerjaan, sangat penting," kata Hochwarter. "Tanda-tanda kelelahan para karyawan perlu dikenali. Jika diabaikan, mereka akhirnya akan menyebabkan hasil yang tidak diinginkan mulai dari menurunnya kinerja sampai bangkrut," tambahnya.

Banyak tantangan dalam mengelola pola bekerja keras. Para peneliti percaya bahwa kebiasaan kerja para pekerja tidak akan berubah dalam waktu dekat.

Mengingat totalitas di lingkungan kerja saat ini yang cukup tinggi, kemampuan untuk bekerja keras, berkontribusi berjam-jam," kata Herry. "Dengan demikian, gila kerja kemungkinan akan tetap hidup dan sehat selama bertahun-tahun yang akan datang." (BussinessNewsDaily)