Ada Bahaya Saat Konsumsi Zat Gizi Berlebihan

K. Tatik Wardayati

Editor

Ada Bahaya Saat Konsumsi Zat Gizi Berlebihan
Ada Bahaya Saat Konsumsi Zat Gizi Berlebihan

Intisari-Online.com – Bukan hanya gula dan garam saja yang harus dibatasi konsumsinya karena dampaknya yang buruk bagi kesehatan. Apa pun, meski itu zat gizi yang baik bagi tubuh, bila dikonsumsi secara berlebihan dampaknya tidak lagi baik untuk kesehatan tapi justru merugikan.

Menurut ahli diet dari New York, Cynthia Sass, meskipun suatu jenis nutrisi penting artinya bagi tubuh, namun jika dikonsumsi secara berlebihan bukan berarti lebih baik. Sass menuturkan lima zat gizi penting yang sebaiknya tidak dikonsumsi secara berlebihan karena risiko yang mungkin ditimbulkannya: Asam lemak omega-3

Jenis lemak sehat ini diketahui dapat melawan inflamasi di dalam tubuh yang memicu penuaan dan penyakit. Selain itu, penelitian menunjukkan, asam lemak omega-3 juga dapat mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, depresi, dan menjaga kesehatan kulit dan otak. Hanya saja, sebuah penelitian baru mengatakan, terlalu banyak mengonsumsi zat gizi ini dapat berdampak negatif pada sistem kekebalan tubuh dan mengganggu kemampuan alami tubuh dalam melawan infeksi virus atau bakteri. "Untuk menghindarinya, konsultasikan pola makan Anda pada ahli, khususnya saat Anda merasa perlu minum suplemen omega-3," tandas Sass. Vitamin C

Untuk memperkuat daya tahan tubuh, vitamin C kerap menjadi andalan. Vitamin C juga dapat menjaga kesehatan tulang, gigi, pembuluh darah, dan kulit. Selain itu, vitamin ini juga bertindak sebagai antioksidan utama yang bermanfaat untuk mencegah penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker, dan arthritis. Kendati demikian, sebaiknya orang dewasa tidak mengonsumsinya lebih dari 2.000 mg per hari. Jika berlebihan asupannya karena tambahan suplemen vitamin C, akan memicu kembung, gangguan pencernaan, diare, mual, muntah, heartburn, sakit kepala, insomnia, dan pembentukan batu ginjal. Lebih baik penuhi asupannya dari makanan alami seperti paprika merah dan hijau, brokoli, buah jeruk, kiwi, stroberi, pepaya, dan nanas. Seng

Seng ditemukan di setiap sel dalam tubuh. Mineral ini penting untuk mendukung fungsi kekebalan tubuh, sekaligus penglihatan, penciuman, perasa yang sehat, meregulasi gula darah, metabolisme, penyembuhan, dan menjaga fungsi tiroid. Batas mengonsumsi seng adalah 40 mg per hari. Kelebihan mengonsumsinya dapat menyembabkan efek samping seperti gangguan pencernaan, rasa besi dalam mulut, pusing, sakit kepala, kelelahan, keringat berlebihan, kehilangan kordinasi otot, intoleransi alkohol, dan halusinasi. Dosis yang tinggi dari asupan suplemen seng juga melemahkan fungsi kekebalan tubuh, menaikkan kadar LDL si kolesterol ‘jahat’, dan menurunkan HDL si kolesterol ‘baik’, yang keduanya terkait dengan risiko peningkatan penyakit jantung. Besi

Besi merupakan zat gizi yang penting karena salah satu penyusun sel darah merah yang membantu membawa oksigen ke seluruh tubuh. Hanya saja, kelebihan zat besi dapat menyebabkan konstipasi, menganggu penyerapan vitamin C, terlebih ketika sudah memasuki usia menopause, hanya sedikit sekali zat besi yang bisa dikeluarkan tubuh. Batas aman mengonsumsi besi adalah 45 mg untuk orang dewasa. Tapi untuk wanita dewasa yang tidak hamil pra menopause, kebutuhannya tidak lebih dari 18 mg per hari. Sementara kebutuhan pria dan wanita di atas 50 tahun hanya sekitar 8 mg per hari.

Memenuhi asupan dari makanan alami seperti daging dan kacang-kacangan saja, sebenarnya sudah mencukupi, apalagi hanya 3 – 35 persen saja yang diserap oleh tubuh. Belum lagi bila terganggu asupannya karena konsumsi teh atau vitamin C. Maka, jika Anda minum suplemen besi, sebaiknya tidak minum melebihi dosis. Kalsium

Jika mendengar kalsium, kebanyakan dari kita pasti berpikir tulang. 99 persen kalsium pada tubuh manusia memang terdapat pada bagian tulang.. Kalsium juga dibutuhkan untuk fungsi jantung, saraf, dan otot. Zat gizi ini juga membantu menyeimbangkan asam-basa di dalam tubuh. Karena pentingnya zat gizi ini, tak sedikit pula orang yang mengonsumsi secara berlebihan. Padahal mengonsumsi lebih dari 2.500 mg sebelum usia 50 dan 2.000 setelah usia 51 dapat memicu gangguan ginjal seperti pembentukan batu ginjal. Kelebihan kalsium juga dapat berakibat konstipasi dan mengganggu penyerapan zat besi dan seng. Bicarakan dengan dokter untuk menyeimbangkan asupan kalsium bagi tubuh. (kompas.com, health)