Optogenetik, Teknik Terbaru untuk Pengobatan Alzheimer

Eunike Iona Saptanti

Editor

Optogenetik, Teknik Terbaru untuk Pengobatan Alzheimer
Optogenetik, Teknik Terbaru untuk Pengobatan Alzheimer

Intisari-Online.com -Penurunan beberapa fungsi organ tubuh lumrah terjadi saat usia senja, salah satunya adalah fungsi daya ingat. Penurunan fungsi daya ingat merupakan salah satu gejala dari Alzheimer. Gejala Alzheimer terjadi secara perlahan-lahan, mulai dari lupa mengenai suatu obyek, melupakan percakapan yang baru terjadi, hingga perubahan perilaku.

Belum lama ini, peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) , Amerika Serikat merilis hasil penelitian terbaru untuk meredakan gejala awal Alzheimer. Penelitian yang dilakukan akan mencoba menstimulasi sel-sel saraf agar tetap tumbuh sehingga membuat koneksi baru.

Eksperimen ini menggunakan teknik yang bernama optogenetics, yang mana cara ini menggunakan cahaya untuk mengaktifkan sel-sel yang sensitif terhadap cahaya. Para peneliti menguji coba teknik ini kepada tikus putih yang memiliki gejala Alzheimer, seperti mudah lupa saat diberi setruman ringan di kaki mereka.

Setelah sel-sel yang sensitif itu distimulasi oleh cahaya, memori para tikus ini pun kembali. Para tikus ini menunjukan reaksi yang takut ketika ditempatkan di sebuah kotak dimana tikus ini diberi sengatan listrik.

Teknik optogenetik ini membantu saraf neuron yaitu dendrit, untuk tumbuh kembali. Dendrit adalah cabang dari neuron yang berfungsi untuk menerima stimulus supaya sel menjadi aktif.

Kepala peneliti dari Picower Institute for Learning and Memory di MIT mengatakan, poin penting dari temuan ini adalah membuktikan sebuah konsep baru. “Bahkan jika ingatan telah hilang, memori akan menetap. Persoalannya, bagaimana untuk menangkap memori itu kembali,” kata Profesor Susumu Tonegawa.

Meskipun konsep baru telah ditemukan, cara ini belum bisa langsung diterapkan untuk manusia. Ia menambahkan,”Akan ada kemungkinan bagi pengembangan teknologi di masa depan untuk mengaktifkan atau menonaktifkan sel-sel dalam otak dengan lebih presisi,” ujar Profesor Susumu Tonegawa.