Intisari-Online.com.Rasa sedih dan ‘hancur’ dialami oleh Chief Executive Officer AirAsia, Tony Fernandes, setelah mengetahui pesawat AirAsia QZ 8501 itu hilang. Pesawat yang mengangkut 162 orang dari Surabaya ke Singapura ini hilang kontak sejak Minggu, 28 Desember, pukul 06.17 WIB.Menurut Departemen Perhubungan, titik lenyapnya pesawat berada diantara Pulau Kalimantan dan Pulau Belitung. Proses pencarian telah dilakukan, namun harus berhenti karena cuaca sangat gelap. Senin ini, 29 Desember, pencarian dilakukan kembali.Tony Fernandes langsung terbang dari Malaysia ke Surabaya guna membantu para keluarga penumpang pesawat tersebut juga untuk menggelar jumpa pers. Ia mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apa yang terjadi sebenarnya. Bagi Tony, tragedi menghancurkan hati mereka. "Kami amat hancur dengan yang terjadi ini, tidak bisa dipercaya. Namun saat ini kami tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi jadi kami menunggu penyelidikan atas kecelakaan untuk menemukan yang terjadi."Cuaca buruk memang menggelayuti langit Indonesia kemarin. Pesawat jenis A320-200 ini semoat melaporkan cuaca buruk di sekitar pesawat AirAsia QZ 8501 tersebut. Pilot juga meminta izin untuk menaikkan ketinggian ke 38.000 kaki dari titik 32.000 kaki sebelumnya. Namun setelah itu, pesawat justru hilang kontak, tepatnya sekitar 40 menit setelah lepas landas dari Bandara Juanda, Jawa Timur, menuju Singapura.Insiden ini sayangnya belum juga menemukan titik terang. Hingga kini, Kepala Badan SAR Nasonal, Bambang Soelistyo, menyatakan belum bisa mendeteksi sinyal darurat pesawat AirAsia QZ 8501 itu. Hal ini wajar terjadi jika pesawat jatuh ke laut.Sementara itu, Tony mengatakan siap bekerja sama dengan pihak berwenang dan lainnya guna menyelidiki penyebab hilangnya pesawat tersebut juga mencari para penumpang serta awak pesawat. Kini, pihak otoritas Singapura dan Indonesia tengah melakukan kerja sama melakukan operasi penyelamatan.AirAsia merupakan maskapai penerbangan murah untuk beragam negara tujuan. Pesawat AirAsia QZ 8501 diberitakan membawa 162 penumpang dan kru dari berbagai warga negara, antara lain Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Inggris, Singapura, dan Perancis. (BBC/Berbagai sumber)