Intisari-Online.com -Jika mau jujur, sejatinya banyak sekali produk-produk Indonesia yang sudah mendunia. Wayang Sasak ciptaan Amaq Darwilis salah satunya. Seperti dikutip dari Kompas.com, wayang khas Lombok ini sudah menembus pasar Amerika, Jepang, dan Eropa.
Amaq Darwilis merupakan senimal asal Gunung Malang, Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat ini, Darwilis juga tengah membuat satu set wayang untuk Museum Nasional Indonesia.
“Kalau orang luar pesan, mereka lebih suka tokoh-tokoh wayang kiri,” kata Amaq kepada Kompas.com. Amaq merupakan salah satu penatah wayang di Lombok yang hingga saat ini masih bertahan membuat wayang. Wayang buatannya memiliki ciri khas tersendiri dengan warna-warni mencolok, halus, dan rapi.
Amaq mengaku mulai mengenal wayang dari sang ayah yang dulu kondang sebagai dalang. Awalnya ia hanya melihat dan memperhatikan cara membuat wayang. Sampai pada akhirnya dia mencoba membuat wayang pertamanya sendiri. “Pertama buat wayang tokoh lucon-lucon itu tempat kita belajar,” kenang Amaq.
Setelah beranjak remaja, Amaq mulai menggeluti dunia menatah wayang. Untuk membuat satu tokoh wayang, dibutuhkan waktu 5-7 hari, termasuk pemilihan kulit, menjemur, membuat sketsa, hingga menatah dan mewarnai wayang. “Yang paling sulit wayang-wayang kiri sama wayang perempuan, paling lama kita buat,” tambahnya.
Menurut Amaq, ada sekitar 150 tokoh pewayangan dalam wayang Sasak. Beberapa di antaranya Raja Kusnendar, Munda Wuktur, Minalodra, Jenggi, Samasrawi, Raden Maktal, Selandir, Munigarim, Amir Hamzah, dan Umarmaya. Namun meski sudah mahir membuat wayang, tidak setiap hari pesanan datang padanya. Jika sedang sepi order, Amaq biasanya akan kembali bertani untuk menyambung hidup.
Kegelisahan Amaq lainnya adalah soal siapa penerusnya kelak. Sebab, hingga kini belum ada generasi muda yang ada yang mau meneruskan keahliannya sebagai penatah wayang. Termasuk kedua anaknya yang memilih menggeluti bidang lain. Ia berharap, nantinya akan ada generasi penerus yang mau mengikuti jejaknya sebagai penatah wayang. Agar keberadaan wayang sasak tidak punah.(Kompas.com)