Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam yang Menjadi Pusat Perdagangan karena Letaknya Strategis

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Koin emas ini menjadi bukti kejayaan kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam yang menjadi pusat perdagangan pada masanya (Wikipedia Commons)
Koin emas ini menjadi bukti kejayaan kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam yang menjadi pusat perdagangan pada masanya (Wikipedia Commons)

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan karena letak geografisnya yang strategis. Tak hanya itu, komiditas dagang yang diperdagangkan serta letaknya sebagai jalur perdagangan juga punya peran penting.

Beberapa kalangan menyebut Kerajaan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam tertua di Indonesia, meskipun ada juga yang membantahnya.

Baca Juga: Inilah Kerajaan Islam Tertua di Indonesia, antara Kerajaan Perlak dan Samudera Pasai, Mana yang Benar?

Terlepas dari itu, Kerajaan Samudera Pasai setidaknya cukup lama berkuasa, dari abad ke-13 hingga abad ke-16. Pendirinya adalahNazimuddin al-Kamil, seorang laksamana dari Mesir.

Mengutip Kompas.com, Nazimuddin kemudian mengangkat Marah Silu sebagai pemimpin pertama Samudera Pasai dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh. Kendati demikian, Marah Silu yang diakui sebagai pendiri dan pemimpin pertama Samudera Pasai.

Puncak kejayaan kerajaan Islam Samudera Pasai terjadi pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az Zahir yang berkuasa pada 1326-1345.

Salah satu sumber yang mencatat keberadaan Kerajaan Samudera Pasai adalah buku harian Marcopolo dan pelancong asal Maroko Ibnu Battutah. Salah satu alasan kenapa kerajaan ini maju pesat adalah letaknya yang tak jauh dari Selat Malaka yang sangat strategis.

Ketika itu, Selat Malaka adalah jalur pedagangan yang sangat ramai. Para pedagang dari Arab, India, China, dan lain sebagainya singgah di situ.

Yang menarik, dari catatan Ibnu Battutah, Kerajaan Samudera Pasai lebih tua dibanding Kekaisaran Ottoman di Kostantinopel. Fakta itu diperkuat dengan catatan Marcopolo yang singgah di Samudera Pasai pada 1292.

Menurut keterangan pelancong dari Venezia, Italia, ityu, dia telah melihat keberadaan kerajaan Islam yang berkembang pada waktu itu, yakni Samudera Pasai dengan ibukota Pasai.

Selain dua catatan tersebut, sejarah Kerajaan Samudera Pasai juga dapat dilacak dari Hikayat Raja Pasai. Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari dua kerajaan, yakni Samudera dan Pasai.

Penggabungan tersebut dilakukan oleh Marah Silu, raja pertama dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh yang memimpin dari tahun 1285-1297. Setelah Marah Silu wafat, digantikan oleh putranya bernama Sultan Muhammad yang bergelar Malik Al Tahir (1297-1326).

Kerajaan Samudra Pasai mengalami perkembangan perekonomian yang cukup pesat akibat dari kondisi memiliki peranan sebagai bandar transit. Letaknya sangat strategis di Selat Malaka yang dilintasi para pedagang dari berbagai penjuru dunia.

Masa kejayaan Kerajaan Samudera Pasai berlangsung saat dipimpin oleh Mahmud Malik Az Zahir. Sultan Mahmud Malik Az Zahir adalah raja ketiga Samudera Pasai yang memerintah dari tahun 1326-1345.

Dia meneruskan mempimpin setelah Marah Silu atau Sultan Malik Al Saleh (raja pertama) dan Sultan Muhammad Malik Az Zahir atau Sultan Malik al Tahir I (raja kedua).

Pada masa kepemimpinannya Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab.

Puncak kejayaan Kerajaan Samudera Pasai juga ditandai dengan aktivitas perdagangan yang sudah maju, ramai, dan menggunakan koin emas sebagai alat pembayaran. Koin emas yang disebut dirham ini pertama kali diperkenalkan oleh Sultan Muhammad Malik Az Zahir, ayah Mahmud Malik Az Zahir, dan kemudian digunakan secara resmi di kerajaan.

Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan nusantara. Samudera Pasai memiliki banyak bandar yang dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab, dan Persia.

Kerajaan ini juga dikenal sebagai penghasil rempah-rempah terkemuka di dunia dengan lada sebagai komoditas andalannya. Tidak hanya itu, Samudera Pasai juga menjadi produsen sutra, kapur barus, dan emas.

Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam. Latar belakang Kerajaan Samudra Pasai dijuluki Serambi Mekkah disebabkan oleh diterapkannya aturan-aturan hukum Islam sehingga memiliki kesamaan dengan masyarakat Arab.

Menurut Ibnu Batutah, Sultan Samudera Pasai disebut sebagai sosok yang menjunjung tinggi agama dan berhasil mengislamkan penduduk di daerah-daerah sekitarnya. Masa kejayaan Samudera Pasai juga dipengaruhi oleh lemahnya pengaruh Kerajaan Sriwijaya.

Seiring waktu,Samudera Pasai mengalami kemunduran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.

1. Menjadi sasaran Kerajaan Majapahit yang berambisi menyatukan nusantara.

2. Munculnya pusat politik dan perdagangan baru di Malaka yang letaknya lebih strategis.

3. Lahirnya Kerajaan Aceh Darussalam, yang kemudian mengambil alih penyebaran agama Islam.

Menjadi pusat perdagangan

Sebagaimana disebut di awal, Kerajaan Samudera Pasai mengalami kejayaan ketika diperintah oleh Sultan Mahmud Malik Az Zahir, yang memerintah antara 1326-1345. Salah satu faktor yang membuat Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan adalah kehidupan ekonominya, yang ditopang sektor perdagangan.

Pada masanya, Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai negeri. Bagaimana Kerajaan Samudera Pasai bisa menjadi pusat perdagangan?

Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan karena letak geografisnya yang berada di jalur pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Malaka. Letak Kerajaan Samudera Pasai berada sekitar 15 kilometer dari Lhokseumawe, Aceh.

Jalur pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Malaka yang tidak jauh dari pusat Kerajaan Samudera Pasai telah ramai sejak awal Masehi.

Sejak abad ke-7, pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan Timur Tengah, mulai memegang peran penting serta terlibat dalam jaringan pelayaran dan perdagangan internasional ke China. Keberadaan jaringan pelayaran dan perdagangan antarbangsa di Selat Malaka tertulis pada berita-berita China dan Arab.

Perkembangan jaringan pelayaran dan perdagangan di wilayah Samudera Pasai juga tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim. Setelah Kerajaan Sriwijaya di Palembang runtuh, ramainya pelayaran dan perdagangan yang melalui Selat Malaka menguntungkan bagi Samudera Pasai, yang kemudian tumbuh sebagai bandar transit dan pusat perdagangan.

Kerajaan Samudera Pasai menjadi tempat bertemunya para pedagang dari Turki, Arab, Persia, Gujarat, Bengali, Melayu, Jawa, Siam, dan Kedah.

Kerajaan Samudera Pasai juga memiliki pengaruh atas pelabuhan-pelabuhan penting di ujung Sumatera, contohnya Pidie dan Perlak. Komoditas dagang dari Kerajaan Samudera Pasai saat itu adalah lada, sutra, kapur barus, dan banyak barang lainnya karena pelabuhannya menjadi pengumpul berbagai barang dari banyak daerah.

Setiap tahunnya, Samudera Pasai mampu mengekspor lada, sutra, kapur barus, dan emas dalam jumlah besar.

Begitulah, kerajaan Islam Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan karena letak geografisnya yang strategis. Semoga bermanfaat.

Baca Juga: Bukan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia adalah Ini, Sudah Ada Sejak Abad ke-9

Artikel Terkait