Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Angin perubahan berhembus di atas tanah Hindia Belanda. Di awal abad ke-20, semangat kebangkitan nasional mulai merasuki jiwa para pemuda.
Mereka, yang lahir di bawah kungkungan kolonialisme, mulai menyadari pentingnya persatuan untuk meraih kemerdekaan. Api nasionalisme berkobar, didorong oleh kesadaran akan nasib bersama dan cita-cita untuk merdeka.
Namun, layaknya kepingan puzzle yang tercerai berai, organisasi-organisasi ini masih bergerak sendiri-sendiri, belum terikat oleh visi yang sama.
Di tengah gejolak semangat kebangsaan, muncullah ide untuk menyatukan langkah. Para pemuda menyadari, persatuan adalah kunci untuk melawan penjajah. Ibarat sapu lidi, mereka akan kuat jika bersatu.
Kongres Pemuda menjadi titik temu, di mana berbagai organisasi pemuda dari seluruh Nusantara berkumpul untuk merajut benang persatuan.
Kongres Pemuda I: Sebuah Langkah Awal
Pada tahun 1926, Kongres Pemuda I diselenggarakan di Batavia, menjadi tonggak awal dalam sejarah pergerakan pemuda Indonesia.
Kongres ini dihadiri oleh berbagai organisasi pemuda, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, dan Jong Ambon.
Meskipun belum menghasilkan rumusan yang konkret, Kongres Pemuda I berhasil menanamkan semangat persatuan di hati para pemuda.
Menuju Kongres Pemuda II: Api Semangat yang Kian Berkobar
Dua tahun berselang, semangat persatuan semakin berkobar. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda II.
PPPI, yang beranggotakan pelajar dari seluruh Indonesia, menyadari pentingnya persatuan untuk mencapai kemerdekaan.
Kongres Pemuda II diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di tiga lokasi berbeda di Batavia: Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw.
Kongres ini dihadiri oleh berbagai organisasi pemuda, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, dan Pemoeda Kaoem Betawi.
Persiapan Kongres: Merajut Asa dalam Kebersamaan
Sebelum kongres digelar, para pemuda mengadakan beberapa pertemuan untuk membahas persiapan.
Mereka berdiskusi tentang agenda kongres, susunan acara, waktu, tempat, dan biaya. Panitia kongres pun dibentuk, terdiri dari perwakilan berbagai organisasi pemuda.
Sugondo Djojopuspito dari PPPI terpilih sebagai ketua kongres, didampingi oleh R.M. Djoko Marsaid dari Jong Java sebagai wakil ketua.
Muhammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond menjabat sebagai sekretaris, sementara Amir Sjarifudin dari Jong Bataks Bond menjadi bendahara.
Kongres Pemuda II: Lahirnya Sumpah Pemuda
Kongres Pemuda II berlangsung selama dua hari, diisi dengan diskusi dan perdebatan yang penuh semangat. Para pemuda membahas berbagai isu penting, seperti pendidikan, kebudayaan, dan persatuan.
Mereka menyadari, persatuan harus dibangun di atas fondasi yang kokoh, yaitu persamaan nasib, cita-cita, dan identitas.
Pada hari terakhir kongres, sebuah momen bersejarah pun terjadi. Muhammad Yamin, dengan pena emasnya, merumuskan ikrar yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda terdiri dari tiga poin penting:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda dibacakan dengan lantang oleh Soegondo Djojopuspito, disaksikan oleh seluruh peserta kongres. Suasana haru menyelimuti ruangan, diiringi gemuruh tepuk tangan yang membahana. Sumpah Pemuda menjadi simbol persatuan, titik awal perjuangan menuju Indonesia merdeka.
Makna Sumpah Pemuda: Cahaya Penerang Perjuangan
Sumpah Pemuda bukan sekadar ikrar kosong. Ia adalah manifestasi dari semangat persatuan, tekad untuk merdeka, dan cinta tanah air.
Sumpah Pemuda menjadi cahaya penerang bagi perjuangan bangsa Indonesia, mengobarkan semangat para pemuda untuk terus berjuang meraih kemerdekaan.
Sumpah Pemuda juga menjadi bukti bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu.
Para pemuda, yang berasal dari berbagai suku, agama, dan daerah, mampu menyatukan diri dalam ikatan persaudaraan. Mereka menyadari, persatuan adalah kekuatan, dan perbedaan adalah kekayaan.
Sumpah Pemuda: Warisan Abadi untuk Generasi Penerus
Sumpah Pemuda adalah warisan abadi yang harus dijaga dan dilestarikan oleh generasi penerus. Semangat persatuan, cinta tanah air, dan rela berkorban yang terkandung dalam Sumpah Pemuda harus terus menyala dalam jiwa setiap pemuda Indonesia.
Di era modern ini, Sumpah Pemuda tetap relevan. Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia mungkin berbeda, namun semangat persatuan tetap menjadi kunci untuk menghadapinya.
Generasi muda harus mampu menerjemahkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam konteks kekinian, menjadikannya sebagai inspirasi untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Sumpah Pemuda, Tonggak Sejarah yang Abadi
Kongres Pemuda II di Batavia pada tahun 1928 adalah tonggak sejarah yang tak terlupakan. Lahirnya Sumpah Pemuda menjadi momentum penting dalam perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
Sumpah Pemuda adalah bukti nyata bahwa persatuan adalah kekuatan, dan perbedaan adalah kekayaan.
Mari kita jaga dan lestarikan semangat Sumpah Pemuda, menjadikannya sebagai inspirasi untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Sumpah Pemuda adalah warisan abadi, cahaya penerang bagi generasi penerus untuk terus berjuang demi kemajuan bangsa.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---