Artikel ini tentang 'Jika belum, bagaimana caranya kita mengelola dengan pendekatan pengembangan sekolah berbasis aset?' Semoga bermanfaat
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Apa saja yang masuk kategori aset sekolah? Apakahsekolah Anda menerapkannya? Jika belum, bagaimana caranya kita mengelola dengan pendekatan pengembangan sekolah berbasis aset?
Pertanyaan di atas biasanya diajukan untuk para Guru Penggerak.
Baca Juga: Bagaimana Cara Anda Menyikapi Masukan dan Umpan Balik untuk Pengembangan Diri Anda?
Sebagai pembelajar sekaligus pemimpin pembelajaran, seharusnya seorang pendidik harus belajar berupaya menggunakan pendekatan sekolah berbasis aset. Seluruh elemen yang terdapat di sekolah juga harus melakukan Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan cara sebagai berikut:
- Fokus pada aset dan kekuatan
- Membayangkan masa depan
- Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mempertahankan kesuksesan tersebut
- Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan)
- Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan
- Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan
- Keenam cara tersebut merupakan pendekatan yang dilakukan Sekolah dengan Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya yang tersedia di sekolah.
Aset utama sekolah yang bisa dimaksimalkan Guru Penggerak
Mengutip Sonora, di tengah arus perubahan dunia pendidikan, guru dituntut untuk menjadi lebih dari sekadar pengajar. Lahirnya program Guru Penggerak menjadi angin segar, melahirkan para pemimpin pembelajaran yang menginisiasi perubahan positif di sekolah.
Tapi untuk mewujudkan visi tersebut, Guru Penggerak tidak bisa berjuang sendirian. Mereka membutuhkan aset-aset sekolah yang dioptimalkan menjadi modal utama penggerak kemajuan. Apa saja aset sekolah itu?
1. Modal Manusia
Ini adalah aset terpenting, meliputi seluruh warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, tenaga kependidikan, hingga orang tua). Guru Penggerak dapat memetakan kekuatan dan potensi individu, mendorong kolaborasi, serta membangun budaya belajar yang berpusat pada siswa.
Contoh konkret:
Guru Penggerak memfasilitasi pembelajaran antar-guru melalui komunitas belajar, mendorong siswa menjadi tutor sebaya, dan melibatkan orang tua dalam kegiatan literasi sekolah.
2. Modal Sosial
Ini merujuk pada jaringan hubungan dan kepercayaan antarwarga sekolah. Guru Penggerak dapat membangun komunikasi terbuka, menciptakan iklim saling menghargai, serta mendorong kerja sama antar-pihak.
Contoh konkret:
Guru Penggerak memfasilitasi diskusi kelompok untuk menyelesaikan masalah sekolah, membangun forum komunikasi terbuka antara siswa dan guru, dan menjalin kerja sama dengan organisasi masyarakat untuk kegiatan ekstrakurikuler.
3. Modal Fisik
Ini mencakup infrastruktur, sarana prasarana, dan teknologi yang mendukung pembelajaran. Guru Penggerak dapat memanfaatkan dan merawat fasilitas sekolah dengan optimal, serta mencari solusi kreatif untuk mengatasi keterbatasan.
Contoh konkret:
Guru Penggerak menginisiasi pemanfaatan ruang kelas kosong menjadi perpustakaan mini, mengajak siswa membuat alat peraga pembelajaran sederhana, dan menggalang donasi untuk pengadaan teknologi pendukung pembelajaran.
4. Modal Lingkungan
Ini meliputi lingkungan fisik sekolah dan sekitarnya.Guru Penggerak dapat menciptakan lingkungan yang hijau, sehat, dan nyaman untuk belajar, sekaligus memanfaatkannya sebagai media pembelajaran.
Contoh konkret:
Guru Penggerak mengajak siswa berpartisipasi dalam program sekolah hijau, mengembangkan kebun sekolah sebagai sumber belajar IPA, dan memanfaatkan ruang terbuka untuk kegiatan pembelajaran outdoor.
5. Modal Finansial
Ini mencakup sumber daya keuangan sekolah. Guru Penggerak dapat merencanakan dan mengelola keuangan secara transparan, serta mencari sumber dana alternatif untuk mendukung inovasi pembelajaran.
Contoh konkret:
Guru Penggerak mengajukan proposal bantuan ke lembaga donor, mengembangkan program wirausaha siswa untuk menghasilkan pendapatan, dan melibatkan orang tua dalam penggalangan dana kegiatan sekolah.
6. Modal Politik
Ini berhubungan dengan kebijakan dan peraturan yang mendukung perubahan positif di sekolah. Guru Penggerak dapat membangun relasi dengan pemangku kepentingan, mengadvokasi kebijakan yang berpihak pada siswa, dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pendidikan.
Contoh konkret:
Guru Penggerak berdialog dengan dinas pendidikan untuk mendapatkan dukungan program inovasi, bekerjasama dengan komite sekolah dalam mengembangkan kebijakan sekolah yang ramah anak, dan mengajak tokoh masyarakat untuk menjadi mentor siswa.
7. Modal Agama dan Budaya
Ini merujuk pada nilai-nilai luhur agama dan budaya yang dianut masyarakat sekitar. Guru Penggerak dapat mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam pembelajaran, serta membangun kebanggaan terhadap identitas budaya sekolah.
Contoh konkret:
Guru Penggerak mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam pembelajaran budi pekerti, mengembangkan kegiatan kesenian dan budaya daerah sebagai ekstrakurikuler, dan menyelenggarakan festival budaya untuk mempromosikan nilai-nilai lokal.
Yang harus jadi catatan, memaksimalkan tujuh aset utama itu tentu tidak bisa instan bin cepat.Guru Penggerak harus jeli mengenali aset yang dimiliki sekolah, membangun sinergi antar modal, dan melibatkan seluruh warga sekolah dalam proses pengembangan. Melalui kepemimpinan yang visioner, kolaboratif, dan inovatif, Guru Penggerak dapat menjadi katalis perubahan, membawa sekolah impian menjadi kenyataan.
Itulah artikel tentang 'Jika belum, bagaimana caranya kita mengelola dengan pendekatan pengembangan sekolah berbasis aset?' Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Tindakan Yang Mencerminkan Peran Guru Penggerak Sebagai Coach Bagi Guru Lain Adalah Sebagai Berikut