Achmad Aidit Mengapa Berganti Nama Menjadi Dipo Nusantara Aidit?

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Keluarga DN Aidit
Keluarga DN Aidit

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di balik gejolak revolusi dan hiruk-pikuk politik Indonesia, tersembunyi kisah seorang pemuda yang bertransformasi menjadi pemimpin karismatik.

Achmad Aidit, nama yang terukir dalam sejarah kelam bangsa, menyimpan misteri di balik perubahan namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit.

Nama yang tak hanya menjadi identitas, melainkan juga simbol perjalanan ideologis dan pencarian jati diri seorang revolusioner.

Belitung, Tempat Kelahiran Sang Muazin Cilik

Kisah ini bermula di Pulau Belitung, surga timah yang menyimpan sejuta pesona. Di sana, pada tanggal 30 Juli 1923, lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Achmad Aidit.

Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang religius, ayahnya seorang guru agama yang disegani. Suara merdu Achmad kecil kerap menggema di surau, melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran sebagai seorang muazin cilik.

Masa kecil Achmad Aidit di Belitung diwarnai dengan nuansa religius yang kental. Ayahnya, Abdullah Aidit, adalah seorang guru agama dan tokoh masyarakat yang dihormati.

Ia mendirikan Madrasah Nurul Islam di kampungnya, tempat Achmad kecil menimba ilmu agama. Setiap sore, selepas mengaji, Achmad kecil dan adik-adiknya akan berlarian di pantai, menikmati keindahan alam Belitung yang masih asri.

Di rumah, Achmad Aidit dididik dengan disiplin yang ketat. Ia diajarkan untuk rajin beribadah, menghormati orang tua, dan mencintai sesama. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, keluarga Achmad Aidit selalu memancarkan kehangatan dan kebahagiaan.

Achmad Aidit kecil dikenal sebagai anak yang cerdas dan memiliki keingintahuan yang besar. Ia gemar membaca buku dan selalu haus akan pengetahuan.

Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah dan di masyarakat. Semangat belajarnya yang tinggi mengantarkannya meraih prestasi akademik yang cemerlang.

Di sela-sela kesibukannya belajar, Achmad Aidit sering menghabiskan waktu bersama para buruh timah di tambang. Ia melihat sendiri bagaimana para buruh bekerja keras di bawah terik matahari, mempertaruhkan nyawa demi sesuap nasi.

Kondisi ini menyentuh hati Achmad muda dan menumbuhkan rasa empatinya terhadap kaum tertindas. Ia mulai menyadari adanya ketimpangan sosial yang mencolok di masyarakat.

Pengalaman masa kecil ini membentuk karakter Achmad Aidit. Ia tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, religius, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Nilai-nilai inilah yang kelak membawanya terjun ke dunia politik dan memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jakarta, Panggung Pergerakan dan Perubahan

Takdir membawa Achmad muda meninggalkan Belitung, merantau ke Jakarta untuk menuntut ilmu.

Di kota metropolitan inilah ia mulai mengenal dunia politik, bersentuhan dengan ideologi-ideologi besar yang mengguncang dunia.

Ia aktif dalam berbagai organisasi pemuda dan pergerakan nasional, bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan yang membakar semangatnya.

Di tengah hiruk-pikuk pergerakan, Achmad Aidit menemukan panggilan jiwanya. Ia terpikat oleh ideologi komunisme yang menawarkan keadilan sosial dan persamaan bagi seluruh rakyat.

Ia bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), partai yang kelak menjadi wadah perjuangannya.

Seiring dengan pendalaman ideologis dan keterlibatannya dalam PKI, Achmad Aidit merasa perlu untuk mengganti namanya. Ia memilih nama Dipa Nusantara, sebuah nama yang mengandung makna mendalam.

"Dipa" berarti "pelita" atau "cahaya", sementara "Nusantara" merujuk pada tanah air Indonesia. Nama Dipa Nusantara Aidit mencerminkan semangatnya untuk menjadi pelita bagi bangsa Indonesia, membimbing rakyat menuju cita-cita kemerdekaan dan keadilan sosial.

Pergantian nama ini bukan sekadar perubahan identitas, melainkan sebuah transformasi diri. Achmad Aidit yang religius dan santun bertransformasi menjadi Dipa Nusantara Aidit, sang pemimpin revolusioner yang berapi-api dan penuh semangat juang.

Faktor-faktor di Balik Pergantian Nama

Beberapa faktor diduga melatarbelakangi keputusan Achmad Aidit untuk mengganti namanya.

Identitas Politik: Nama Dipa Nusantara Aidit dianggap lebih revolusioner dan mencerminkan semangat perjuangannya. Nama ini juga membedakannya dari tokoh-tokoh politik lain yang memiliki nama serupa.

Strategi Politik: Pergantian nama bisa jadi merupakan strategi untuk memperluas pengaruh dan menarik massa. Nama Dipa Nusantara Aidit lebih mudah diingat dan memiliki daya tarik tersendiri.

Pencarian Jati Diri: Pergantian nama bisa jadi merupakan bagian dari proses pencarian jati diri Achmad Aidit. Ia ingin membangun citra diri yang baru, sesuai dengan ideologi dan perjuangannya.

Kontroversi dan Misteri yang Tersisa

Hingga kini, pergantian nama Achmad Aidit menjadi Dipa Nusantara Aidit masih menyisakan kontroversi dan misteri.

Beberapa sejarawan berpendapat bahwa pergantian nama ini terkait dengan upaya PKI untuk menghilangkan jejak masa lalu Aidit yang religius.

Ada pula yang menduga bahwa pergantian nama ini merupakan bagian dari strategi PKI untuk menyusup ke dalam pemerintahan.

Terlepas dari berbagai kontroversi dan misteri yang menyelimuti pergantian nama ini, satu hal yang pasti: Dipa Nusantara Aidit telah menorehkan tinta emas dalam sejarah Indonesia.

Ia adalah pemimpin karismatik yang mampu membangkitkan semangat juang rakyat, meskipun pada akhirnya ia harus menghadapi akhir tragis dalam peristiwa G30S/PKI.

Sumber:

Aidit, D.N. (2006). Darah Rakyat, Teror Putih. Jakarta: Yayasan Pembaruan.

Mortimer, Rex. (1974). Indonesian Communism Under Sukarno: Ideology and Politics, 1959-1965. Ithaca, NY: Cornell University Press.

Ricklefs, M.C. (2001). A History of Modern Indonesia Since c. 1300. Stanford, CA: Stanford University Press.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait