Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com -Di negeri Tirai Bambu, jauh di balik tembok raksasa yang melindungi kekaisaran dari gangguan dunia luar, tersimpan catatan-catatan sejarah yang terlukis dengan tinta hitam pada gulungan-gulungan sutra.
Di antara ribuan aksara yang membentuk kisah-kisah masa lalu, tersembunyi pula jejak-jejak perjalanan angin monsun yang membawa kapal-kapal kayu berlayar melintasi samudra luas, menghubungkan negeri-negeri yang berjauhan.
Salah satu kisah yang terpatri dalam catatan sejarah Cina adalah tentang datangnya agama Islam ke Nusantara, kepulauan yang kini dikenal sebagai Indonesia. Kisah ini berasal dari masa dinasti-dinasti besar yang pernah berkuasa di Cina, seperti Dinasti Tang, Song, Yuan, dan Ming.
Para pedagang, musafir, dan utusan kerajaan Cina yang berlayar ke Nusantara membawa pulang cerita-cerita tentang masyarakat yang mereka temui, termasuk tentang agama yang mereka anut.
Dinasti Tang: Cahaya Islam Pertama Kali Menyentuh Nusantara
Pada masa Dinasti Tang (618-906 M), Cina menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai penjuru dunia, termasuk dari Arab dan Persia. Para pedagang Muslim ini tidak hanya membawa barang-barang dagangan, tetapi juga membawa ajaran agama Islam yang mereka yakini.
Dalam catatan sejarah Cina, terdapat kisah tentang seorang pedagang Muslim bernama Sa'ad bin Abi Waqqas yang datang ke Kanton pada tahun 651 M. Sa'ad bin Abi Waqqas diutus oleh Khalifah Utsman bin Affan untuk menyampaikan pesan kepada Kaisar Cina agar tidak ikut campur dalam konflik antara pasukan Muslim dan Persia.
Meskipun misinya tidak berhasil, kedatangan Sa'ad bin Abi Waqqas menjadi bukti awal adanya kontak antara Cina dan dunia Islam.
Para pedagang Muslim yang datang ke Cina kemudian melanjutkan perjalanan mereka ke Nusantara, mengikuti jalur perdagangan maritim yang telah ada sejak berabad-abad sebelumnya.
Mereka singgah di pelabuhan-pelabuhan di pesisir Sumatera, Jawa, dan pulau-pulau lainnya, berdagang dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Dalam interaksi ini, terjadilah pertukaran budaya dan agama, termasuk penyebaran agama Islam.
Dinasti Song: Islam Berkembang di Pesisir Nusantara
Pada masa Dinasti Song (960-1279 M), perdagangan antara Cina dan Nusantara semakin berkembang pesat. Kapal-kapal dagang Cina yang besar dan kuat berlayar melintasi Laut Cina Selatan, membawa sutra, porselen, dan barang-barang mewah lainnya ke Nusantara. Sebagai imbalannya, mereka membawa pulang rempah-rempah, kayu cendana, dan hasil bumi lainnya dari Nusantara.
Seiring dengan meningkatnya perdagangan, semakin banyak pula pedagang Muslim yang datang ke Nusantara. Mereka menetap di pelabuhan-pelabuhan utama, membentuk komunitas-komunitas Muslim yang hidup berdampingan dengan masyarakat setempat.
Para pedagang Muslim ini berperan penting dalam menyebarkan agama Islam, baik melalui dakwah secara langsung maupun melalui interaksi sosial dan ekonomi.
Salah satu bukti adanya komunitas Muslim di Nusantara pada masa Dinasti Song adalah ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik, Jawa Timur.
Makam ini diperkirakan berasal dari abad ke-11 M, menunjukkan bahwa agama Islam telah hadir di Nusantara sejak masa itu.
Dinasti Yuan: Pengaruh Islam dari Mongol
Pada masa Dinasti Yuan (1271-1368 M), Cina dikuasai oleh bangsa Mongol yang dipimpin oleh Kubilai Khan. Bangsa Mongol dikenal sebagai bangsa yang toleran terhadap berbagai agama, termasuk Islam.
Banyak pejabat dan tentara Mongol yang memeluk agama Islam, bahkan Kubilai Khan sendiri memiliki beberapa istri dan selir yang beragama Islam.
Pengaruh Islam dari Mongol juga terasa di Nusantara. Beberapa kerajaan di Nusantara, seperti Samudra Pasai dan Perlak, menjalin hubungan diplomatik dengan Dinasti Yuan.
Para utusan kerajaan-kerajaan ini yang datang ke Cina membawa pulang cerita-cerita tentang kejayaan Islam di bawah pemerintahan Mongol.
Selain itu, para pedagang Muslim dari Asia Tengah dan Persia yang datang ke Cina pada masa Dinasti Yuan juga melanjutkan perjalanan mereka ke Nusantara.
Mereka membawa serta ajaran-ajaran Islam yang lebih ortodoks, memperkaya khazanah Islam di Nusantara.
Dinasti Ming: Laksamana Cheng Ho dan Ekspedisinya yang Mengagumkan
Pada masa Dinasti Ming (1368-1644 M), Cina kembali menjadi kekuatan maritim yang besar. Kaisar Yongle, kaisar ketiga Dinasti Ming, mengirimkan armada besar yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho untuk melakukan ekspedisi ke berbagai penjuru dunia, termasuk ke Nusantara.
Laksamana Cheng Ho adalah seorang Muslim yang taat. Dalam ekspedisinya, ia tidak hanya membawa misi diplomatik dan perdagangan, tetapi juga membawa misi penyebaran agama Islam.
Cheng Ho dan awak kapalnya membangun masjid-masjid di beberapa tempat yang mereka singgahi, termasuk di Semarang, Jawa Tengah.
Ekspedisi Cheng Ho menjadi tonggak penting dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara. Kehadiran Cheng Ho dan awak kapalnya yang beragama Islam memperkuat komunitas-komunitas Muslim yang telah ada sebelumnya.
Selain itu, Cheng Ho juga berperan dalam menjalin hubungan antara kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan dunia Islam yang lebih luas.
Epilog: Islam Mengakar Kuat di Nusantara
Catatan-catatan sejarah Cina tentang datangnya agama Islam ke Nusantara memberikan gambaran yang jelas tentang proses penyebaran Islam di kepulauan ini. Islam tidak datang secara tiba-tiba, tetapi melalui proses yang panjang dan bertahap, melibatkan berbagai aktor dan faktor.
Para pedagang Muslim, musafir, dan utusan kerajaan Cina yang datang ke Nusantara membawa serta ajaran-ajaran Islam yang mereka yakini.
Mereka berinteraksi dengan masyarakat setempat, membangun hubungan sosial dan ekonomi, dan menyebarkan agama Islam melalui dakwah dan teladan.
Pengaruh Islam dari Cina semakin kuat pada masa Dinasti Yuan dan Ming, ketika Cina dikuasai oleh bangsa Mongol yang toleran terhadap Islam dan ketika Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi ke Nusantara.
Kehadiran mereka memperkuat komunitas-komunitas Muslim yang telah ada sebelumnya dan memperluas pengaruh Islam di Nusantara.
Pada akhirnya, Islam berhasil mengakar kuat di Nusantara, menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia hingga saat ini. Catatan-catatan sejarah Cina tentang datangnya agama Islam ke Nusantara menjadi bukti penting tentang sejarah panjang dan kompleksnya interaksi antara Cina dan Indonesia, serta tentang peran penting Cina dalam penyebaran Islam di Nusantara.