Reza Rahadian barangkali adalah aktor di Indonesia dengan pujian paling banyak. Praktis tidak punya "hater". Tapi bagi dirinya, terlalu banyak pujian juga berbahaya.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com - Ternyata banyak pujian itu bahaya, begitu kata aktor kawakan Reza Rahadian, sebagaimana dikutip dari Tabloid Nova edisi April 2021. Meski begitu, terkadang dia juga lelah juga bila usahanya dianggap biasa-biasa saja.
Reza Rahadian belakangan ini tengah diserbu oleh tepuk tangan meriah. Bukan karena aktingnya di film terbaru, atau keterusterangannya dalam podcast-podcast yang mengundangnya. Reza Rahadian menjadi salah satu bintang dalam demonstrasi bertajuk #KawalPutusanMK yang berlangsung di depan Gedung DPR/MPR pada Kamis (22/8) tempo hari.
Pada Tabloid Nova tersebut, aktor yang secara apik memainkan peran HOS Cokroaminoto itu menuangkan segala isi hatinya. Termasuk responnya terhadap segala pujian yang pernah dia terima.
Ketika usahanya dianggap biasa saja, Reza tak memungkiri dirinya lelah juga. Namun, dia terus bertahan berkat didikan hebat sang ibunda. Seperti apa? “Filmnya bagus? Ya, kan yang main Reza Rahadian, ya pasti baguslah.” Sekilas ungkapan kalimat seperti itu niatnya memuji, tetapi sebagai aktor, Reza rupanya menangkap makna lain di baliknya.
Baca Juga: Sosok Putri Ariani, Penyanyi Tunanetra Yang Gemparkan Panggung America's Got Talent
Meski dirinya tetap mensyukuri pujian itu, Reza jadi merasa bagus itu adalah hal yang biasa aja. “Ternyata banyak pujian itu juga bisa bahaya. Lama-lama jadi enggak berarti lagi ya. Saya sudah berusaha yang terbaik. Untuk bisa memberikan yang terbaik terus, kan, saya juga berjuang dan berusaha ya,” ungkap Reza saat jadi bintang tamu acara di Daniel Tetangga Kamu.
Ketika penampilannya sudah biasa saja dan omongan itu sampai ke telinganya, aktor bernama lengkap Reza Rahadian Matulessy itu harus melakukan setiap usahanya dua kali lipat. Untuk melahirkan sesuatu yang lebih baik, sulung ini jadi harus bekerja lebih keras lagi.
Dalam kanal YouTube Daniel Mananta Network itu, aktor kelahiran Bogor, 8 Maret 1987 ini mengaku, “Tentu itu motivasi yang bagus, tapi di sisi lain kadang saya merasa lelah. Ada pressure yang kuat sekali dan kadang saya harus jujur, saya lelah banget dengan itu semua.”
Apalagi, empat tahun lalu saat film Benyamin Biang Kerok mendapat kritik tajam, Reza pun akhirnya belajar bahwa tidak semua hal bisa dikontrolnya. Akan tetapi, ketika mengingat apa yang diberikan Tuhan kepadanya, Reza jadi merasa tidak bisa mengeluh.
Toh, ibundanya yang sejak membesarkannya seorang diri juga menasehatinya bahwa Reza harus tahu batasannya jika sudah berusaha sebaik mungkin, ya sudah cukup. Setiap hal ada yang berhasil dan gagal, kita haruslah berdamai dengan itu.
Lagipula, Reza punya ibu yang akan menjadi pendukung nomor satu dalam hidupnya. Menariknya, ibunya yang bernama Pratiwi Widantini Matulessy ini tidak segan-segan memberikan kritik yang sangat tajam untuk setiap peran akting yang dilakoni anaknya.
"Buat dia kalau memang ada yang enggak bagus, dia akan bilang di poin-poin mana. Jadi begitu pulang ke rumah, biasanya kita akan membahas itu. Misa menurut dia aku mainnya kurang prima dan lainnya," ujar Reza dalam kanal YouTube Ngopi Dara.
Bagi aktor yang sudah belasan kali masuk nominasi Festival Film Indonesia ini, sang ibu memberikan opini yang jujur tanpa menghakimi sebagai penonton awam. Makanya, tidak heran jika Reza menyebut sang ibu seorang kritikus utama dalam karier aktingnya sejak dulu.
Belajar dari Ibu
Tidak hanya mendapat saran untuk aksinya di depan kamera, seorang Reza Rahadian bisa jadi sosok yang amat bijak dan dewasa juga karena didikan ibunya. Asal tahu saja, sejak usia 6 bulan ayahnya meninggalkan Reza dan ibunya. Ibunya lantas menjadi orangtua tunggal.
Namun, Reza tidak pernah kehilangan figur ayah karena ibunya bisa berperan sebagai ibu dan ayah dengan luar biasa. Pelakon Surga Yang Tak Dirindukan 3 ini mendapat pendidikan lebih soal rasa empati dan perjuangan, karena melihat di sosok ibunya yang pejuang dan kuat.
“Dari umur 8 tahun kita udah diskusi seakan saya 15 tahun. Kita bicarakan hal-hal yang nyata, seperti enggak punya uang, gajinya habis, atau uang jajan tidak aman, atau hal-hal sangat finansial. Kan kita cuma berdua, jadi dia sangat terbuka tentang apa pun,” kenang Reza.
Daya juang ibunya yang tinggi itulah yang sangat menurun pada dirinya. Alhasil, ketika di usia 15 tahun harus jadi tulang punggung karena ibunya kehilangan pekerjaan, Reza melakukan apa pun untuk dapat uang buat beli makan. Dari jadi guru, pelayan, sampai jualan karpet.
Syukurnya, hingga kini dirinya bisa terus menghidupi ibu dan adiknya yang lebih muda 13 tahun darinya. Meski sempat marah dengan Tuhan, Reza sudah melepaskan semua amarahnya. Apalagi dia berkaca dari sang ibu yang tak pernah menerapkan kebencian pada ayahnya.
“Kalau Allah mengizinkan saya untuk ketemu bokap, saya akan senang. Saya akan menyambut itu dengan baik, karena saya udah enggak punya lagi kemarahan, benci. Saya cuma pengin dia tahu, anaknya dan ibu saya baik-baik saja. Itu cukup,” pungkas Reza tersenyum.