[ARSIP]
Perjalanan sejarah kemerdekaan negeri ini diwarnai beragam kisah kepahlawanan yang heroik, dramatik, terkadang juga terselip peristiwa unik. Salah satu yang disebut belakangan ini adalah kisah tentang mobil pertama Bung Karno.
Penulis: Djati Surendro, untuk Majalah Intisari edisi Agustus 2015
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Sejarah mencatat setelah Indonesia diproklamasikan, Soekarno diangkat menjadi presiden. Namun lantaran kondisi di penghujung tahun 1945 masih darurat, sarana maupun prasarana untuk menunjang tugas-tugas kepresidenan belum tersedia.
Ironis sekaligus unik memang. Sebagai presiden saat itu Bung Karno tidak memiliki mobil. Bahkan pada hari pertama berdinas, dia pulang dengan berjalan kaki ke rumahnya. Tak bisa dibayangkan, orang nomor satu di Indonesia harus jalan kaki ke mana-mana. Apa kata dunia?
Merasa terenyuh melihat kenyataan ini para pengikut dan sahabat Bung Karno berusaha mencarikan mobil. Sudiro, ketua Barisan Banteng pejuang kemerdekaan, diberi tugas menjalankan misi tersebut.
"Para pengikutku yang setia menganggap sudah seharusnya seorang presiden memiliki sebuah sedan mewah. Karena itu mereka mengusahakannya. Sudiro mengetahui ada sebuah Buick besar muat tujuh orang yang merupakan mobil paling bagus di Jakarta. Dengan gorden di jendela belakang," ujar Soekarno kepada Cindy Adam dalam bukunya Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Setelah dicari-cari akhirnya mobil ini ditemukan di belakang kantor Departemen Perhubungan Masa Pendudukan Jepang (Sekarang kantor Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Jalan Merdeka Timur, Jakarta). Si sopir sedang membersihkannya. "Sayang mobil itu milik orang Jepang, Kepala Jawatan Kereta Api. Tapi soal begini tidak membuat pusing Sudiro," ujar Bung Karno.
Mobil ini adalah Buick tipe Limited-8, warna hitam buatan Inggris tahun 1939 dengan kapasitas 320 ci atau 5.247 cc. Mobil klasik ini mampu menghasilkan 141 hp pada 3.600 rpm. Interiornya dilengkapi dengan selembar kaca sebagai penyekat kabin penumpang dengan pengemudi. Kaca penyekat dapat dibuka dengan sebuah tuas yang diputar. Oleh pabriknya, edisi terbatas ini hanya diproduksi sekitar 1.451 unit saja.
Tanpa ragu Sudiro lantas mendekati sopirnya, "Heh... Saya minta kunci mobilmu."
Sopir itu bertanya, akan diapakan mobil tersebut. Sudiro segera menimpali keraguan sopir itu, "Karena saya bermaksud hendak memberikannya kepada presiden kita."
Supirnya pun menjawab, "Mobil buat Presiden?" Dia pun segera tanggap bahwa mobil itu dibutuhkan Bung Karno. Lalu sopir tersebut bergegas memberikan kunci mobil. Untuk menyelamatkan nasib sopir tersebut dari majikannya, Sudiro menyuruh sopir itu pulang ke kampung halamannya, di Kebumen, Jawa Tengah.
Masalah lain muncul, karena ternyata Sudiro tidak bisa mengemudikan mobil. Walhasil, misi ini tertunda sejenak lantaran Sudiro harus mencari pejuang lain yang bisa mengemudi. Setelah berhasil mengeluarkan mobil dari garasi pembesar Jepang tersebut, untuk sementara Sudiro menyimpannya di rumahnya.
Setelah situasi aman barulah Sudiro menyerahkan mobil itu kepada Bung Karno, untuk dijadikan sebagai mobil kepresidenan. Buick ini digunakan sebagai kendaraan dinas Presiden RI pertama, utamanya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia antara 1945-1949.
Buat plat nomor sendiri
Kisah si Buick hitam tak hanya berakhir di sini. Karena kondisi Jakarta tidak aman akibat agresi militer Belanda, tanggal 4 Januari 1946 pemerintahan RI sempat diungsikan ke Yogyakarta. Bung Karno dan keluarganya pun pindah ke Yogyakarta, membawa serta si Buick.
Suatu hari Bung Karno memerintahkan Mangil, salah satu ajudannya, meminta nomor plat mobil khusus untuk presiden ke Kepolisian Yogyakarta. Menurut pengakuan Mangil, Bung Karno menghendaki agar mobil Buick yang digunakannya diberi nomor REP – 1. Namun Kepala Polisi Lalu Lintas Yogya Soenarjo, tak dapat mengabulkan permintaan itu.
Alasannya, nomor demikian tidak ada dalam undang-undang. Ketika Mangil melaporkan penolakan tersebut Bung Karno hanya menjawab, "Ya sudah, tidak apa-apa. Saya akan bikin sendiri nomor plat mobil itu." Kemudian ia memerintahkan sopirnya, Pak Arif, untuk membuat sendiri nomor plat mobil REP – 1. Begitu selesai, langsung dipasang di depan dan di belakang mobil sehingga Buick tersebut punya nomor khusus untuk presiden.
"Pak, apa nanti tidak ditahan polisi?" tanya Pak Arif dengan lugunya.
"Jangan khawatir. Kamu siapkan disandera demi REP – 1 ini?" Bung Karno balik bertanya. Arif tidak menjawab, tetapi dengan senyum dikulum ia tahu bahwa presidennya sedang bercanda. Toh, akhirnya dengan mobil itulah presiden sering bepergian menjalankan tugas.
Tentu saja selalu dikawal polisi yang tak lain adalah anak buah Soenarjo juga. Entah terilhami oleh nomor plat Bung Karno atau ada alasan lain, yang jelas sekarang mobil kepresidenan Indonesia diberi plat RI -1.
Setelah si Buick uzur, Presiden Soekarno sempat menggunakan beberapa mobil jenis lain. Misalnya, Cadillac 60 Special, buatan tahun 1948. Mobil ini mengusung mesin 5.7 L V8 monoblock dan 5.4 L OHV V8. Dilengkapi 2 tipe transmisi, yakni 3-speed manual dan 4-speed automatic.
Soekarno juga sempat menikmati Lincoln Cosmopolitan (limosin cabriolet generasi pertama) mobil mewah di zamannya yang dikeluarkan Ford antara tahun 1948 - 1954. Mobil dengan transmisi 3-speed manual ini sudah dilengkapi electric power window dan power-driven chair.
Mobil presiden berikutnya adalah Chrysler Windsor Limousine dengan spesifikasi 250.6 CID L-head engine, yang mampu menghasilkan 114 hp dari transmisi 4-speed manual. Pabrik Chrysler memproduksi tunggangan ini dari tahun 1939 sampai 1961.
Mobil berplat nomor B 9105 yang lebih sering dipakai untuk keperluan keluarga ini merupakan hadiah dari Raja Ibnu Saud dari Arab Saudi. Terdapat cacat di spatbor kiri mobil dan kaca belakangnya, yang dipertahankan sebagai bukti sejarah, ketika mobil ini selamat dari ledakan granat (Peristiwa Cikini, 30 November 1957) saat Soekarno menghadiri perayaan ulang tahun Perguruan Cikini tempat Guntur menimba ilmu.
Mobil DeSoto buatan Amerika tahun 1942 pernah digunakan baik oleh Presiden Soekarno maupun Wakil Presiden Mohammad Hatta. Desain mobil ini cukup unik dan khas. Merupakan generasi pertama di mobil Amerika dengan pop-up style lights.
Interiornya memakai partisi pembatas kabin penumpang dengan kabin pengemudi yang terbuat dari kaca. Kendaraan ini merupakan hadiah dari pengusaha terkenal di Jakarta, Djohan Djohor. Selain mobil-mobil pabrikan, Bung Karno juga pernah menggunakan mobil keluaran Jerman seperti Mercedes-Benz 600, GAZ 13 , Zil 111.