Bagaimana Proses Masuknya Islam Ke Indonesia? Teori Mana Yang Paling Kuat?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Penulis

Inilah lima teori bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia. Ada Teori Gujarat, Teori Arab, Teori Persia, Teori China, dan Teori Coromandel. Semoga bermanfaat.
Inilah lima teori bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia. Ada Teori Gujarat, Teori Arab, Teori Persia, Teori China, dan Teori Coromandel. Semoga bermanfaat.

Para ahli sejarah belum satu suara terkait bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia. Ada yang bilang dari Arab, ada yang dari India, juga ada yang dari China.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Setidaknya ada lima teori bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia. Ada Teori Gujarat, Teori Arab, Teori Persia, Teori China, dan Teori Coromandel. Di antara empat teori itu, mana yang paling kuat?

Tapi sebelum itu, kita fokus terlebih dahulu tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia. Agama yang pertama-tama berkembang di Mekkah inidiperkirakan masuk ke Nusantara sekitar abad ke-11, ada yang bilang sejak abad ke-7 Masehi.

Ada sejumlah teori terkait masuknya Islam ke Indonesia. Tapi secara garis besar, teori-teori itu mau bilang, Islam masuk ke Indonesia setidaknya lewat tiga medium. Lewat perdagangan, perkawinan, dan dan pendidikan agama (pesantren).

Mengutip Kompas.com, hingga kini, masuknya Islam ke Nusantara atau Indonesia belum diketahui secara pasti. Meski begitu, banyak yang bilang, masuknya Islam ke Indonesia tak lepas dari adanya jalur perdagangan di Selat Malaka.

Bagaimanapun juga, kondisi itu memungkinkan banyaknya kapal asing, termasuk kapal dari dunia Islam, yang berlabuh di sekitar Selat Malaka. Dari situ kemudian muncullah interaksi antarpedagang dari penjuru dunia dengan intensitas tinggi yang kemudian memunculkan beragam teori mengenai proses masuknya Islam ke Nusantara.

Setidaknya ada lima teori mengenai masuknya Islam di Nusantara.

Islam datang dari Gujarat (Teori Gujarat)

Menurut Teori Gujarat, Islam yang masuk ke Nusantara dipercaya datang dari wilayah Gujarat, India. Di mana melalui peran para pedagang muslim yang datang ke Nusantara lewat jalur perdagangan Selat Malaka.

Salah satu tokoh yang mengemukakan Teori Gujarat adalah antropolog Belanda, Snouck Hurgronje. Dia bilang, jika Islam masuk ke Nusantara bukan dari Arab tapi Gujarat, India.

Hubungan langsung antara Nusantara dan Arab baru terjadi pada masa kemudian. Seperti utusan dari Mataram dan Banten ke Mekah pada abad ke-7. Snouck juga berpendapat, ada persamaan unsur-unsur Islam Nusantara dengan India.

Islam dari Mekkah (Teori Arab)

Teori Arab mengemukan bahwa pada abab ke-7 di pantai barat Sumatera sudah ada perkampungan Islam. Hal itu di dukung adanya jalur perdagangan yang bersifat internasional. Bahkan berita dari China, pada zaman Dinasti Tang pada 674 mesehi, jika orang-orang Arab sudah mendirikan perkampungan di pantai barat Sumatera.

Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud), pada waktu Kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaan sekitar abad ke-8 dan 8, para pedagang muslim sudah singgah. Banyak tokoh-tokoh yang mendukung teori tersebut.

Masuknya Islam ke Nusantara terjadi sebelum abad ke-7 masehi dan berperan besar terhadap proses penyebaran selanjutnya.

Islam datang dari Persia (teori Persia)

Teori Persia bilang, Islam masuk ke Nusantara abad ke-13 yang berasal dari Persia. Dalam teori tersebut terdapat kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam Nusantara dengan Persia.

Dalam buku Sejarah Islam Nusantara (2015) karya Michael Laffan, sejak awal masehi para penguasa di kawasan barat Nusantara berbagi budaya istana yang bercorak India dan mendapat pengalaman dari para pedagang asing.

Karena Asia Tenggara berada di perempatan dua zona perdagangan kuno yang penting. Pertama, Samudera Hindia, sedangkan yang lain meliputi Laut China Selatan. Kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara paling awal berasal dari berbagai catatan berbahasa Cina yang merekam kedatangan para utusan dengan nama-nama yang merupakan nama muslim.

Dari arah lain, memiliki laporan-laporan berbahasa Arab mengenai berbagai rute pelayaran dari Teluk Persia ke pelabuhan-pelabuhan di China Selatan dengan titik tumpu di Selat Makaka. Di sana para kapten menunggu perubahan angin monsun untuk membawa mereka melanjutkan perjalanan atau kembali pulang.

Marco Polo dalam laporannya mengenai Sumatera 1292 menyebut sebuah komunitas Muslim baru sekitar yang didirikan oleh para pedagang "Moor" di Perlak. Salah satu batu nisan muslim bertarikh pertama menyebut Malik al Salih sebagai penguasa zaman di bandar terdekat Samudera Pasai.

Namun ada bukti mengenai komunitas-komunitas yang lebih awal dari barta di Lamreh. Tempat penanda-penanda makam yang telah terkikis parah menunjukan adanya hubungan dengan India Selatan dan Cina Selatan.

Dari rekontruksi sejarah, arus utama tentang sejarah mula Islam Nusantara menyebutkan Samudera Pasai sebagai Kerajaan Islam pertama. Samudera Pasai merupakkan gabungan dua kerajaan Hindu, yakni Samudra dan Pasai dengan Raja Meurah Silue yang bergelar Malik as Salih (1267-1297).

Salah satu dokumen tertua tentang keberadaan Kerajaan Pasai ditulis di Vanesia, Italia, Marco Polo yang masih sempat bertemu dengan Sultan Malik as Salih (1292). Kesaksian etnografis Marco Polo tentang Pasai dan tujuh kerajaan lainnya di Sumatera memiliki kesan yang berbeda.

Ia menyebutkan Pasai yang terbesar. Penyebutan Perlak adalah tempat yang ia jelahi. Selain dan Perlak yang muslim, kerajaan lain dikatakan masih menganut agama pagan.

Teori China

Teori China mengatakan, Islam masuk ke Nusantara pada sekitar abad ke-9. Dalam hal ini, etnis muslim Cina berperan dalam proses penyebaran Islam di Nusantara bersamaan dengan migrasi mereka ke Asia Tenggara.

Islam di Cina sendiri berkembang berkat hubungan perdagangan Arab muslim dan Cina yang sudah terjalin sejak awal abad pertama hijriah. Budaya dan agama Islam masuk ke Cina melalui Kanton (Guangzhou) pada era Tai Tsung (627-650) dari Dinasti Tang.

Pendapat lain mengatakan bahwa penyebaran Islam dari Cina di Nusantara telah terjadi pada abad ke-7. Setelah perkembangan Islam di Cina, penyebaran Islam kemudian datang ke Sriwijaya.

Dari Sriwijaya, Islam kemudian menyebar dan berkembang di Jawa pada 674, bersamaan dengan kedatangan utusan Arab bernama Ta Cheh/Ta Shi ke Kalingga pada masa Ratu Sima. Beberapa ahli pendukung Teori Cina adalah Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby.

Bukti yang mendukung Teori Cina adalah pengaruh yang kuat budaya dan tradisi Cina pada budaya Sumatera bagian selatan. Selain itu, Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak adalah keturunan Tionghoa dari garis ibunya.

Bukti lain terdapat pada masjid di beberapa kota di Indonesia yang memiliki arsitektur Cina. Seperti contohnya Masjid Cheng Ho di Surabaya yang kaya akan ornamen Cina. Laksamana Cheng Ho sendiri dipercaya sebagai seorang penjelajah muslim Cina yang turut menyebarkan Islam di Nusantara.

Selain itu, adanya catatan penulisan gelar raja-raja Islam yang ditulis dengan menggunakan istilah Cina.

Di samping kelebihan dan bukti-bukti pendukungnya, Teori Cina juga memiliki kelemahan yang membuatnya ditentang beberapa ahli. Pasalnya, Teori Cina tidak menjelaskan awal masuknya Islam ke Nusantara. Teori Cina hanya menjelaskan peranan Cina dalam pemberitaan yang memuat bukti-bukti Islam telah datang ke Nusantara.

Teori Coromandel

Teori terakhir adalah Teori Coromandel (Malabar). Teori ini mengatakan, Islam masuk ke Indonesia pertama-tama dibawa oleh orang-orang Malabar yang berada di sisi barat India. Tokoh yang gigih dengan teori ini adalahThomas W. Arnold dan Morrison.

Seperti dijelaskan oleh Arnold, Teori Coromandel dikuatkan dengan adanya kesamaan mazhab antara Indonesia dan wilayah Coromandel, yaitu Mazhab Syafii. Itulah kenapa Arnold yakin,para pedagang yang datang dari India dan mengawali penyebaran Islam ke Nusantara ialah orang-orang Malabar alih-alih Gujarat.

Sementara menurut Morrison, ketika terjadi islamisasi di wilayah Pasai pada 1292 M, Gujarat masih di bawah kekuasaan kerajaan Hindu. Itulah kenapa kecil kemungkinan Islam yang menyebar di Pasai berasal dari Gujarat.

Itulah lima teori bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia. Ada Teori Gujarat, Teori Arab, Teori Persia, Teori China, dan Teori Coromandel. Semoga bermanfaat.

Artikel Terkait