Kejadian Berdarah Setelah Kemerdekaan Indonesia Pada 13 Oktober 1945 Antara Pemuda Dengan Belanda dan NICA

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

NICA melancarkan serangan ke Kotawaringin Kalimantan Barat 14 Januari 1946.
NICA melancarkan serangan ke Kotawaringin Kalimantan Barat 14 Januari 1946.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

--

Intisari-online.com -Langit Medan bagaikan kanvas yang dilumuri warna jingga kemerahan, pertanda mentari segera terbenam. Namun, di balik keindahan panorama alam, kota Medan mencengkeram ketegangan yang mencekam.

Tanggal 13 Oktober 1945,udara terasa kelam, dibebani awan hitam pertanda badai akan segera melanda.

Sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, gejolak nasionalisme membara di seluruh penjuru Indonesia.

Di Medan,semangat kemerdekaan rakyat Indonesia beradu dengan ambisi Belanda untuk kembali menguasai Hindia Belanda.

Belanda, dengan NICA (Nederlandsch Indische Civiele Administratie) sebagai alatnya, ingin memadamkan api kemerdekaan yang telah berkobar di dada rakyat Indonesia.

Pada pagi itu, 13 Oktober 1945, ketegangan di Medan mencapai puncaknya. Pemuda-pemuda Indonesia yang tergabung dalam Barisan Pemuda dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bertekad untuk mengambil alih gedung-gedung penting dari tangan Belandadan NICA.

Mereka ingin menunjukkan bahwa Indonesia telah merdeka dan tidak akan tunduk lagi kepada penjajah.

Di Jalan Kesawan, Medan, aksi heroik pemuda Indonesia dimulai.

Dengan semangat membara dan tekad baja, mereka bergerak menuju Kantor Pos dan Telegraf, Kantor Bank Standard Chartered, dan Gedung Telepon.

Teriakan "Merdeka!" dan "Indonesia Raya!" menggema di seluruh penjuru kota.

Namun, aksi heroik ini dibalas dengan kejam oleh pasukan NICA. Tanpa ampun, mereka menembaki para pemuda yang tak bersenjata.

Baca Juga: Berdasarkan Struktur Profil Pendidikan: Memaknai Dimensi di Satuan Pendidikan

Suara tembakan memecah kesunyian, darah dan nyawa menjadi taruhannya. Pertempuran sengit pun terjadi di beberapa titik di Medan.

Di Lapangan Merdeka, pemuda-pemuda Indonesia berhadapan dengan pasukan NICA yang jauh lebih kuat. Pertempuran berlangsung dengan dahsyat. Para pemuda, meskipun kalah persenjataan, bertempur dengan gagah berani.

Mereka rela mengorbankan nyawa demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pertempuran Medan Area, yang berlangsung selama dua hari, meninggalkan luka mendalam bagi rakyat Indonesia.Ratusan pemuda gugur dalam pertempuran ini.

Kejadian berdarah ini menjadi bukti nyata kegigihan dan pengorbanan rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Meskipun Medan Area akhirnya dikuasai oleh NICA, semangat kemerdekaan rakyat Indonesia tidak padam.

Peristiwa 13 Oktober 1945 menjadi pengingat bahwa kemerdekaan tidak diraih dengan mudah. Kemerdekaan harus dipertahankan dengan tekad baja dan pengorbanan.

Kejadian berdarah di Medan Area menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa ini menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Indonesia pantang menyerah dalam memperjuangkan haknya untuk merdeka.

Semangat juang para pemuda Medan Area menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa untuk terus menjaga dan mengisi kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Bukti Awal yang Membenarkan Kecurigaan Indonesia Bahwa NICA Membonceng Sekutu untuk Menguasai Kembali Indonesia

Kisah heroik para pemuda Medan Area patut dikenang dan dihormati.

Pengorbanan mereka menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan yang tidak mudah. Kita harus terus menjaga dan mengisi kemerdekaan ini dengan karya nyata demi kemajuan bangsa dan negara.

Kejadian 13 Oktober 1945 juga menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia. Kita harus selalu waspada terhadap segala bentuk ancaman yang dapat membahayakan kemerdekaan.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

--

Artikel Terkait