Van Mook merancang "Amerika Serikat Indonesia" (USI), negara federal yang diwarnai boneka-boneka Belanda di berbagai wilayah. Teror Belanda di Jakarta memaksa para pemimpin Republik pindah ke Yogyakarta, di bawah perlindungan Sultan Hamengkubuwono IX.
Pada Maret 1946, pasukan Belanda dari Eropa tiba. Inggris menarik diri, menyerahkan kota-kota kepada Belanda yang kembali membentuk Tentara Hindia Belanda (KNIL). Api perang kembali berkobar.
Pertempuran sengit terjadi di berbagai penjuru. Belanda melancarkan agresi militer, "Operasi Politieke Actie" (aksi polisional), untuk menumpas Republik. Namun, rakyat Indonesia tak gentar. Diplomasi dan perlawanan bersenjata dijalankan beriringan.
Perundingan Linggadjati (November 1946) dan Renville (Januari 1947) gagal mencapai solusi. Belanda terus melancarkan agresinya, menargetkan Yogyakarta pada "Operasi Kraai" (Desember 1948). Soekarno dan Hatta ditangkap, namun perlawanan tak padam.
Gerilya dan diplomasi terus dijalankan. Konferensi Inter-Indonesia (KII) (1948-1949) menyatukan berbagai kekuatan nasionalis. Serangan balasan Indonesia di bulan Maret 1949 di Yogyakarta ("Serangan Umum 1 Maret") menunjukkan kekuatan Republik.
Tekanan internasional terhadap Belanda meningkat. PBB menuntut penyelesaian damai. Belanda dipaksa ke meja perundingan. Pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag (Agustus-September 1949), hingga Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
*
Source | : | warspot.ru |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR