Saat ini Intisari hadir diWhatsApp Channel, langsung follow kami di sini
Intisari-online.com - Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, telah lama dikenal karena dukungannya yang kuat terhadap Palestina. Hubungan antara Indonesia dan Palestina bukan hanya didasarkan pada solidaritas agama, tetapi juga pada nilai-nilai kemerdekaan, kedaulatan, dan keadilan. Dukungan ini telah menjadi bagian dari identitas nasional Indonesia dan terus berkembang seiring waktu.
Mereka telah berada di garis depan dalam demonstrasi, penggalangan dana, dan pendidikan generasi muda Indonesia tentang konflik Israel-Palestina. Ini menunjukkan bahwa dukungan untuk Palestina telah meresap ke dalam berbagai lapisan masyarakat Indonesia.
Dukungan Indonesia untuk Palestina juga tercermin dalam penolakan untuk mengakui negara Israel sampai tercapainya perjanjian damai antara Israel dan Palestina. Indonesia telah berdiri teguh mendukung hak dan kebebasan rakyat Palestina dan mendukung perjuangan mereka.
______________________________________________________________
Namun, jika melihat catatan sejarah yang panjang dikutip dari Worldhistory.org, Palestina menjadi begitu berarti bagi Indonesia. Lebih dari itu, Palestina adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun 1944, sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia sendiri.
Pengakuan dan dukungan yang tak pernah goyah dari Palestina telah terpatri dalam ingatan bangsa Indonesia. Syekh Muhammad Amin al-Husaini, tokoh utama Palestina, memainkan peran penting dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ketika Kesultanan Utsmaniyah runtuh dan Perjanjian Versailles ditandatangani, Inggris dan Prancis memperoleh kendali atas wilayah Timur Tengah melalui sistem mandat, yang oleh sebagian dianggap sebagai bentuk penjajahan baru.
Inggris, yang menguasai Palestina, mengeluarkan Deklarasi Balfour pada tahun 1917 yang menjanjikan pembentukan tanah air nasional bagi orang Yahudi di Palestina. Namun, prinsip hak menentukan nasib sendiri yang dipromosikan oleh Liga Bangsa-Bangsa tidak diberlakukan, karena mayoritas penduduk Palestina menentang Zionisme dan pembentukan negara Yahudi.
Sebagai gantinya, Inggris memulai kebijakan yang memfasilitasi migrasi Yahudi dan Zionis ke Palestina, yang berujung pada ketegangan dan radikalisasi di kalangan Arab.
Muhammad Amin al-Husaini, Mufti Agung Palestina dan pemimpin Dewan Palestina, adalah sosok kunci dalam mendukung kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Kisah Indonesia Tantang Negara-Negara Adidaya Barat Berperang di Negeri Jiran
Sejak awal, ia telah menunjukkan simpati kepada Indonesia dengan memberikan beasiswa kepada mahasiswa Indonesia yang belajar di kota-kota seperti Kairo, Damaskus, Beirut, atau Bagdad.
Al-Husaini berasal dari keluarga Palestina yang terkemuka, yang secara aktif menentang kebijakan Inggris yang memungkinkan imigrasi Zionis ke Palestina. Paman Al-Husaini, Musa al-Husaini, berupaya meyakinkan Inggris melalui diplomasi untuk tidak mendukung pembentukan negara Israel, namun usahanya tidak membuahkan hasil.
Inggris mengabaikan aspirasi penduduk non-Yahudi Palestina, yang merupakan mayoritas, dan hal ini mendorong keluarga al-Husaini untuk mengambil langkah konfrontatif dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina, termasuk terlibat dalam kerusuhan yang dipicu oleh pidato-pidato provokatif.
Tragisnya, dalam kerusuhan tahun 1933, Musa al-Husaini mengalami kekerasan yang menyebabkan kematiannya beberapa bulan kemudian.
Dalam menghindari pengejaran Inggris dan Prancis, Amin al-Husaini terpaksa melarikan diri ke Italia. Dari sana, ia pergi ke Jerman, di mana selama Perang Dunia II, Jerman menawarkan perlindungan terhadap kekuatan kolonial Inggris dan Zionis.
Pada September 1944, dari Berlin, ia mengumumkan pengakuan Palestina atas kemerdekaan Indonesia melalui Radio Berlin, sebuah siaran yang bersejarah yang diulang selama dua hari. Surat kabar Al-Ahram juga memberitakan pengakuan tersebut.
Sebelumnya, pada tahun 1926, Raja Ibnu Saud dari Arab Saudi telah mengadakan kongres umat Islam di Mekkah yang melahirkan Kongres Muslim Dunia, dengan Syekh Muhammad Amin al-Husaini sebagai salah satu tokoh terkemuka.
Pada 3 Oktober 1944, dalam kapasitasnya sebagai Mufti Agung Baitul Muqadas Yerusalem dan Presiden Kongres Muslim Dunia, ia mengirimkan telegram kepada duta besar Jepang untuk Jerman, mendesak pemerintah Jepang untuk segera memenuhi janji kemerdekaan Indonesia. Kongres Muslim Dunia menekan Jepang untuk menghormati janji tersebut, yang akhirnya dicatat oleh kantor berita Jepang Domei.
Di Indonesia sendiri, banyak tokoh keturunan Arab yang mendukung perjuangan kemerdekaan, termasuk Kyai Haji Hasyim Asy’ari, yang memiliki jaringan luas di kalangan ulama dan cendekiawan Islam.
Hasyim Asy’ari, yang juga merupakan kakek dari mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid dan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, berkomunikasi dengan pemimpin Muslim di seluruh dunia, termasuk Muhammad Amin al-Husaini, untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Hubungan Memanas Dan Kini Berpotensi Saling Perang, Siapa Sangka Dulu Iran Dan Israel Adalah Kawan
Al-Husaini kemudian menggunakan pengaruhnya untuk melobi negara-negara Timur Tengah lainnya agar mengakui kemerdekaan Indonesia.
Upayanya membuahkan hasil ketika Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 22 Maret 1946, dan ia juga berhasil melobi negara-negara Arab lainnya untuk mengikuti langkah tersebut.
Al-Husaini memiliki hubungan dekat dengan tokoh-tokoh penting Liga Arab, yang juga mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Saat ini Intisari hadir diWhatsApp Channel, ikuti kami di sini
Dapatkan artikel teupdate dari Intisari-Online.com diGoogle News