Untuk mengatasi siasat gerilya yang dilakukan kubu Pangeran Diponegoro, Belanda menerapkan taktik Benteng Stelsel dengan membuat benteng-benteng di berbagai tempat dan menghubungkannya dengan jalan yang bagus.
Ketika sebuah benteng diserang, maka pasukan dan peralatan perang dari benteng lain di dekatnya akan dapat segera membantu.
Tujuan taktik ini adalah untuk mempersempit ruang gerak musuh agar kesulitan untuk melarikan diri.
Untuk melawan pasukan Diponegoro, Belanda membangun benteng di beberapa wilayah di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Strategi ini terbukti cukup efektif dan perlawanan pasukan Diponegoro mulai dapat dikendalikan.
Bahkan kedudukan Pangeran Diponegoro mulai terdesak dan semakin lemah.
Pertempuran sengit antara Belanda dan Pangeran Diponegoro berakhir pada 28 Maret 1830. Saat itu pasukan Pangeran Diponegoro sudah benar-benar terjepit di Magelang oleh Jenderal de Kock.
Demi membebaskan sisa pasukannya, Pangeran Diponegoro menyerahkan diri dan akhirnya diasingkan ke Makassar hingga akhir hidupnya.
—
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR