Bagaimana Sikap Ibu/Bapak Jika Menemukan Sekolompok Murid Yang Berkonflik?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Artikel ini akan membahas tentang bagaimana sikap ibu/bapak jika menemukan sekelompok murid yang berkonflik, semoga bermanfaat.
Artikel ini akan membahas tentang bagaimana sikap ibu/bapak jika menemukan sekelompok murid yang berkonflik, semoga bermanfaat.

Intisari-Online.com -Menjadi guru harus siap menghadapi segala persoalan yang ada di sekolah.

Termasuk menghadapi dan memecahkan persoalan murid yang sedang menghadapi konflik.

Artikel ini akan membahas tentang bagaimanasikap ibu/bapak jika menemukan sekelompok murid yang berkonflik, semoga bermanfaat.

Ini beberapa hal yang bisa dilakukan seorang guru saat menghadapi murid yang sedang berkonflik.

1. Menjaga Netralitas

Pertama-tama, guru harus bersikap netral dan yang lebih penting, objektif.

Guru tidak boleh memihak salah satu kelompok yang berkonflik.

Mengambil sikap adil dan objektif membantu mengurangi ketegangan dan memastikan bahwa semua siswa merasa didengar dan dihargai.

2. Dengarkan dengan penuh empati

Kedua, guru harus mendengarkan segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh murid.

Itu artinya, guru harus memberi kesempatan bagi murid untuk mencurahkan hatinya.

Yang harus dilakukan oleh guru adalah mendengarkannya dengan penuh empat dan tanpa penghakiman.

Dengan begitu, guru akan bisa memahami perasaan dan sudut pandang si murid sebelum akhirnya bisa memecahkan masalah mereka.

3. Mediasi

Sebagai seorang guru, kita harus bisa bertindak sebagai mediator, penengah.

Ajak siswa yang berkonflik untuk berbicara secara terbuka dan mencari solusi bersama.

Diskusikan opsi penyelesaian yang memperhatikan kepentingan semua pihak.

4. Jangan lupa melibatkan orangtua

Yang tidak boleh dilupakan, guru juga harus melibatkan orangtua untuk memecahkan konflik yang terjadi pada murid.

Berkomunikasi dengan orangtua siswa bisa membantu mencari solusi yang lebih komprehensif.

5. Beri pelajaran resolusi konflik

Guru dapat menggunakan situasi ini sebagai kesempatan untuk mengajarkan siswa tentang keterampilan penyelesaian konflik.

Berbicara tentang kompromi, empati, dan cara mengelola perbedaan pendapat.

8 langkah mendidik anak agar bisa memecahkan masalah

1. Beri kesempatan anak berbuat salah

Perlu disadari, dalam hal ini orang tua sedang mengajarkan anak untuk terampil dalam hidup (life skill), bukan sedang menciptakan manusia super tanpa kesalahan.

Jadi, beri kesempatan pada anak untuk melakukan kesalahan dan dorong untuk memecahkan masalahnya sendiri.

Setelah anak mengutarakan solusi, terima dahulu pemikirannya, setelah itu bersama-sama dengan anak untuk mengatasinya.

2. Latih dengan permainan

Tak perlu menunggu sampai anak berbuat kesalahan.

Kemampuan memecahkan masalah juga dapat dilatih melalui permainan edukatif.

Gunakan metode permainan agar lebih mengasyikkan dan membuat anak tidak merasa tertuntut dan tertekan dalam menerima pembelajaran tersebut.

Orangtua perlu memahami kemampuan anak sesuai usianya agar metode pembelajaran dan pola asuh bisa sesuai dengan perkembangan anak.

3. Jadi contoh

Orangtua adalah model perilaku bagi anak-anak, termasuk dalam hal memecahkan masalah.

Apabila orang tua selalu menunjukkan reaksi marah dengan suara keras serta mengumpat saat menghadapi masalah, maka anak akan belajar melakukan hal yang sama dalam menghadapi masalahnya.

Maka, orangtua juga perlu belajar untuk menunjukkan perilaku baik dalam menghadapi masalah agar dapat ditiru anak.

4. Komunikasi dua arah

Jalinlah komunikasi dua arah yang baik antara orang tua dan anak.

Keterampilan komunikasi yang dimiliki orang tua dapat memperlancar tujuan pembelajaran pada anak.

Komunikasi bukan hanya sekedar memberikan instruksi bagi anak, tetapi juga harus terampil memberikan feedback secara asertif, serta terampil mengomunikasikan dukungan positif bagi pembentukan perilaku anak.

5. Selesaikan dengan berbicara

Sering mengajak anak berkomunikasi dua arah secara tidak langsung juga membiasakan anak untuk menyelesaikan masalah dengan berbicara.

Berikan pemahaman pada anak tentang bagaimana menyelesaikan masalah yang baik.

Tidak perlu ada agresi fisik seperti memukul, mencubit atau bahkan menggigit.

Tunjukkan bahwa penyelesaian masalah bisa dilakukan dengan dialog.

Cara ini mungkin akan terdengar sulit dilakukan anak balita, namun balita akan mampu melakukannya jika ada dukungan dari orangtua.

Dukungan tak sekadar petunjuk, namun lebih pada contoh perilaku yang ditunjukkan orangtua.

6. Identifikasi Masalah

Anak bisa menjadi uring-uringan karena perasannya tidak enak.

Karena itulah anak perlu diajarkan untuk mengindentifikasi masalah atau perasaan gusar yang sedang ia rasakan sejak dini.

Misalnya, ketika anak bertengkar dengan temannya, minta anak untuk duduk bersabar dan tanyakan masalah apa yang sebenarnya terjadi.

7. Jangan buru-buru ikut campur

Jika anak sudah tahu apa akar masalahnya, maka coba hargai pendapat anak dan berikan mereka kepercayaan bahwa ia akan dapat menemukan solusinya.

Meski tak jarang hal ini akan membuat ia berlari dan meminta bantuan orang dewasa untuk dapat menyelesaikan konflik, akan tetapi tetap berikan ruang dan kepercayaan.

Caranya, minta anak berpikir kira-kira solusi apa yang bisa ia lakukan.

Bila anak benar-benar bingung, orangtua bisa mulai memberikan beberapa solusi, lalu minta anak memilihnya.

Selain itu, tanyakan pula alasannya mengapa anak memilih cara tersebut.

8. Melatih empati

Anak dengan usia 3-4 tahun sudah mulai bisa menunjukkan rasa empatinya terhadap orang lain.

Namun, sifat egosentris masih cukup kuat di diri anak.

Untuk mengasah kemampuan si anak mengenali perasaan orang lain, ajaklah ia untuk mengenali bahasa tubuh dan ekspresi yang dimunculkan oleh temannya.

Dari sini, anak-anak akan dibiasakan menentukan perbuatannya terhadap orang lain.

Itulah artikel tentang bagaimanasikap ibu/bapak jika menemukan sekelompok murid yang berkonflik, semoga bermanfaat.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News

Artikel Terkait