Intisari-Online.com – Alkisah, seorang tua yang bijaksana berjalan melalui hutan bersama seorang muda yang terkenal tidak bertanggung jawab dan kepala batu.
Orang tua itu menghentikan langkahnya, lalu menunjuk sebuah pohon yang masih kecil. "Cabutlah pohon itu," katanya. Segara pemuda itu membungkuk, dan hanya dengan dua jari saja ia dengan mudah dapat mencabut pohon itu.
Setelah berjalan lebih jauh lagi, orang tua itu berhenti di depan sebuah pohon yang agak besar. "Coba cabut pohon ini," katanya. Sekali lagi pemuda itu menuruti perintahnya, namun kali ini dia menggunakan kedua tangannya dan dengan sekuat tenaga mencabut akar pohon itu.
Akhirnya, mereka berhenti lagi di depan sebuah pohon yang sangat besar. "Sekarang, cabutlah pohon ini!" perintahnya lagi.
"Wah, itu tidak mungkin!" protes pemuda itu.
"Aku tidak dapat mencabut pohon sebesar ini. Untuk memindahkannya saja diperlukan sebuah buldoser."
"Engkau benar sekali," jawab orang tua itu.
"Kebiasaan, entah baik ataupun buruk, sama seperti pohon-pohon itu. Kebiasaan yang belum berakar dalam seperti pohon yang masih sangat kecil, dapat dicabut dengan sangat mudah. Kebiasaan yang akarnya mulai mendalam seperti pohon yang sudah agak besar; untuk mencabutnya diperlukan usaha dan tenaga yang kuat. Kebiasaan yang sudah sangat lama telah berakar sangat dalam, sehingga orang itu sendiri tidak bisa lagi mencabutnya. Jagalah dirimu agar kebiasaan yang sedang engkau tanamkan adalah kebiasaan-kebiasaan baik."
Adakah kebiasaan buruk meski kecil, yang masih tertanam di hati kita? Adakah “pohon” kebiasaan buruk yang sudah agak besar? Lalu yang lebih besar yang lagi yang sudah tertanam begitu lama?
Jika ada, mari carikan penyelesaian atas kebiasaan buruk kita. Tanyakan pada orang lain yang bisa dipercaya dan mampu menyelesaikan masalah. Berdoa kepada Tuhan merupakan obat penyelesaian masalah kita.
Sedikit demi sedikit mulailah mengubah perilaku yang buruk menjadi baik. Dengan sikap ingin berubah yang total, kita bisa membuang “akar” buruk itu. (YDA)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR