Intisari-online.com - Yogyakarta, kota yang kaya akan sejarah dan budaya, memiliki sebuah tempat yang tak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang masa lalu, tetapi juga menghiasi jantung kota ini.
Museum Benteng Vredeburg, selain menjadi pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia, juga merupakan destinasi ikonik yang menarik perhatian para pengunjung.
Namun, sejak awal Maret hingga awal Juni 2024, museum ini ditutup untuk kunjungan karena sedang menjalani revitalisasi yang menjanjikan perubahan signifikan.
Bukan sekadar merenovasi bangunan agar lebih estetik, revitalisasi Museum Benteng Vredeburg mencakup pembenahan berbagai aspek untuk mengoptimalkan fungsi museum.
Mengapa Revitalisasi?
Inisiatif revitalisasi ini dilaksanakan oleh pihak museum yang beroperasi di bawah naungan Indonesian Heritage Agency (IHA), sebuah Badan Layanan Umum (BLU) Kemendikburistek yang bertanggung jawab pada aset museum dan cagar budaya Indonesia.
Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg, M. Rosyid Ridlo, menjelaskan bahwa revitalisasi ini bukan hanya untuk perbaikan fisik, melainkan juga untuk memperkuat peran museum sebagai pusat kebudayaan yang dinamis, inklusif, dan menarik.
Strategi Revitalisasi
Transformasi ini mengadopsi strategi reprogramming, redesigning, dan reinvigorating.
Selain memprioritaskan peran museum, revitalisasi juga bertujuan meningkatkan interaksi pengunjung dengan warisan budaya.
Melalui penelitian, program pendidikan, dan pengalaman yang lebih interaktif, Museum Benteng Vredeburg akan menjadi lebih hidup dan relevan.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR