Intisari-Online.com – Alkisah, seorang janda tua memiliki seorang anak laki-laki. Ia sangat miskin dan tinggal di sebuah pondok kecil di sebuah desa terpencil. Ia membawa anaknya dengan susah payah, menderita kemiskinan yang tetap, dan sering kelaparan.
Ketika anaknya tumbuh dewasa, ia bergabung dengan tentara kaisar. Ia sangat jujur dan patuh, serta ketat mengikuti petunjuk ibunya sepanjang hidupnya.
Suatu hari, kebetulan ia menyaksikan kejahatan serius yang dilakukan oleh beberapa temannya. Teman-temannya menyusun rencana untuk menjebaknya karena mereka takut ia akan mengungkapkan rahasia mereka kepada kaisar. Teman-temannya bersaksi palsu atas kejahatan yang tidak dilakukannya. Prajurit yang tidak bersalah itu ditangkap, diadili, dan dihukum mati.
Berita sedih ini sampai juga ke telinga Ibunya. Ia terkejut. Ia yakin bahwa anaknya tidak bersalah. Ada sangat sedikit waktu yang tersisa sebelum pelaksanaan hukuman mati terhadap putra kesayangannya. Tidak ada orang yang bisa membantu mereka. Maka ia berlari secepat yang ia bisa menuju istana kaisar untuk memohon ampun.
Ibu itu lupa akan penyakitnya dan usia tuanya. Ia tidak peduli apakah memiliki makanan atau air untuk perjalanannya. Ia benar-benar kelelahan dan patah hati ketika ia mencapai kaisar dan bersimpuh di kaki kaisar. Ia benar-benar mengalami kelelahan yang sangat, ia memohon belas kasihan dengan kata-kata yang patah-patah. Kemudian wanita itu ambuk dan menghembuskan napas terakhirnya.
Sangat tersentuh oleh kasih sayang dan pengorbanannya, kaisar memerintahkan agar pelaksanaan hukuman mati prajurit itu ditunda. Kaisar memerintahkan penyelidikan baru dan rinci tentang tuduhan terhadap pemuda itu. Ia mengutus petugas tim yang adil dan jujur untuk menyelidiki ulang kasus tersebut. Mereka bisa membangkitkan kepolosan para prajurit dan mengumpulkan bukti-bukti terhadap orang-orang di belakang konspirasi yang mengarang tuduhan palsu terhadap pemuda itu.
Akhirnya Kaisar membebaskan prajurit itu dari penjara dan segala tuduhan serta hukuman mati. Musuh-musuhnya ditangkap dan dipenjarakan. Prajurit itu bergegas ke tempat di mana Ibunya yang penuh kasih dimakamkan. Ia menangis dan jatuh bersujud di tanah pemakaman.
Seorang wanita yang pernah melahirkan anaknya, tidak akan pernah melupakan anaknya itu. Ia akan mengorbankan dirinya demi kesejahteraan anaknya.