Sama-sama Penting, Apa Yang Dimaksud Perjuangan Fisik Dan Diplomasi?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Artikel ini akan membahas tentang apa yang dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi, berikut penjelasannya.
Artikel ini akan membahas tentang apa yang dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi, berikut penjelasannya.

Intisari-Online.com -Kemerdekaan Indonesia tak hanya diperoleh lewat pertempuran fisik adu senjata.

Kemerdekaan Indonesia juga didapatkan lewat meja-meja perundingan atau diplomasi.

Artikel ini akan membahas tentang apa yang dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi, berikut penjelasannya.

Pengertian

Perjuangan fisik adalah perjuangan dengan mengandalkan kekuatan militer.

Sedangkan perjuangan diplomasi lebih mengutamakan perundingan.

Baik perjuangan fisik maupun diplomasi, semuanya membutuhkan semangat nasionalisme yang tinggi serta sikap pantang menyerah.

Perjuangan fisik

Dalam jurnal yang berjudul Perjuangan Lasykar Rakyat dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945, karya Dany Lapeba, dkk, disebutkan jika perjuangan fisik merupakan perjuangan yang dilakukan dengan menggunakan senjata atau mengandalkan kekuatan militer.

Perjuangan fisik dilakukan lewat pertempuran.

Akibatnya banyak korban jiwa berjatuhan. Dalam memerdekakan Indonesia, banyak pahlawan yang menggunakan perjuangan fisik untuk mengusir penjajah.

Berikut contoh perjuangan fisik di Indonesia, yang mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud):

- Pertempuran Lima Hari di Semarang

Pertempuran ini terjadi pada 15 Oktober hingga 20 Oktober 1945.

Pertempuran ini bermula dari tawanan Jepang yang kabur saat akan dipindahkan dari Cepiring ke Bulu.

Sesaat setelah tawanan kabur, Jepang melakukan serangan mendadak bahkan tersiar kabar pula jika Resevoir Siranda atau cadangan air minum untuk warga Semarang telah diracun oleh Jepang.

Dr. Kariadi sebagai Kepala Laboratorium Rumah Sakit Purusara pergi untuk mengecek kebenaran soal kabar tersebut.

Dalam perjalanan, tiba-tiba Jepang menembak Dr. Kariadi secara brutal.

Para pahlawan Indonesia tidak terima karena Jepang tidak mau menghormati bahkan mengakui kemerdekaan Indonesia.

Akhirnya pertempuran di Semarang tidak dapat dihindarkan.

Banyak korban jiwa berjatuhan dalam pertempuran tersebut.

Sebagai bentuk penghargaan, di Semarang didirikan Monumen Tugu Muda dan nama Dr. Kariadi diabadikan menjadi nama rumah sakit, yakni Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi.

- Pertempuran Margarana di Bali

Pertempuran ini juga dikenal dengan istilah pertempuran puputan, yang berarti pertempuran habis-habisan.

Pertempuran Margarana terjadi pada 20 November 1946 dan dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai.

Sebelum pertempuran ini terjadi, I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya menyerang markas Belanda di Tabanan pada 18 November 1946.

Pertempuran ini dimenangkan oleh I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya.

Dua hari setelahnya, Belanda melakukan aksi balas dendam atas kekalahannya di Tabanan.

Belanda mengerahkan seluruh pasukan untuk mengepung dan menyerang Bali.

Saat pertempuran tersebut terjadi, I Gusti Ngurah Rai menyerukan pertempuran puputan.

Prinsipnya Belanda harus angkat kaki dari Bali, jika ingin Bali dalam kondisi aman dan damai.

- Pertempuran Medan Area

Pertempuran ini terjadi pada 13 Oktober 1945.

Pertempuran ini bermula dari aksi seorang penghuni hotel di Jalan Bali, Kota Medan yang menginjak lencana merah putih.

Saat itu, para pemuda Indonesia di Medan bersatu dan melawan Sekutu serta NICA.

Mereka bertempur untuk merebut gedung pemerintahan yang diambil alih Jepang.

Pertempuran terus berlanjut hingga akhirnya, Sekutu dan NICA mengarahkan kekuatannya untuk menyerang dan menduduki Kota Medan pada 10 Desember 1945.

Perjuangan Diplomasi

Diplomasi berkebalikan dengan perjuangan fisik.

Karena lebih mengutamakan perundingan, menarik simpati dunia internasional, serta menghasilkan kesepakatan.

Diplomasi sama sekali tidak menggunakan kekuatan senjata sehingga tidak ada korban jiwa yang ditimbulkan.

Berikut contoh perjuangan memerdekakan Indonesia melalui diplomasi:

- Perjanjian Linggarjati

Perjanjian Linggarjati diadakan pada 11 November hingga 13 November di Desa Linggarjati, Cilimus, Kuningan, Jawa Barat.

Perundingan ini dipimpin oleh Lord Killearn dari Inggris.

Perjanjian ini baru disahkan pada 25 Maret 1947.

Secara garis besar, isi Perjanjian Linggarjati adalah Belanda harus mengakui secara de facto atas wilayah Indonesia, yakni Jawa, Sumatera serta Madura.

Selain itu, Belanda juga harus angkat kaki dari Indonesia selambat-lambatnya pada 1 Januari 1949.

Belanda dan Indonesia sepakat untuk membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).

- Perjanjian Renville

Perjanjian Renville diadakan pada 8 Desember 1947.

Perundingan ini dilaksanakan di atas kapal perang Amerika Serikat, yakni USS Renville.

Perundingan ini dilakukan karena Belanda menyerang Indonesia setelah Perjanjian Linggarjati.

Hasil dari perjanjian ini sangatlah merugikan Indonesia.

Contohnya Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Sumatra, serta Yogyakarta sebagai bagian dari wilayah Indonesia.

- Perundingan Roem-Royen

Hasil dari perundingan ini ditandatangani pada 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes Jakarta.

Perundingan ini dilakukan setelah Belanda melakukan Agresi Militer Belanda serta menangkap pemimpin Indonesia.

Perundingan Roem-Royen menghasilkan keputusan jika Belanda bersedia untuk membebaskan seluruh tawanan perang serta menghenitkan agresi militer.

Begitu pula dengan Indonesia yang setuju untuk menghentikan perang gerilya.

Itulah artikel yang membahastentang apa yang dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi, berikut penjelasannya.

Artikel Terkait