Akibatnya, kabinet-kabinet yang ada tidak mampu melaksanakan program-programnya dengan baik, dan sering mendapat tekanan dari parlemen.
Kabinet-kabinet pun rentan dijatuhkan oleh kelompok-kelompok oposisi yang mempunyai pengaruh di parlemen melalui mekanisme mosi tidak percaya.
Selain itu, kabinet-kabinet juga harus menghadapi berbagai gerakan pemberontakan yang muncul, seperti DI/TII, APRA, RMS, dan Andi Azis.
Dampak dari seringnya berganti kabinet
Pergantian kabinet yang terlalu sering menimbulkan dampak negatif bagi Indonesia, antara lain:
* Daerah merasa diabaikan
Pemerintah pusat tidak memberikan perhatian yang cukup kepada pemerintah daerah, karena sibuk mengurus masalah kabinet.
Daerah pun sering menuntut hak-hak dan kewajiban mereka kepada pusat, namun tidak mendapat tanggapan.
Hal ini menimbulkan rasa tidak puas dan ingin lepas dari pusat.
* Pemilu 1955 terhambat
Pemerintah berencana untuk menggelar pemilihan umum tahun 1955, tetapi rencana ini tidak berjalan mulus.
Baca Juga: Apa Penyebab Kegagalan Kinerja Pemerintah Dalam Pembangunan Pada Masa Demokrasi Liberal?
KOMENTAR