Intisari-Online.com -Sesuai nama warungnya, di sini yang dijadikan andalan adalah pepes. Ada banyak macam pepes: jambal, peda, ayam, jamur, tahu, oncom, dan ikan mas. Nah, Anda mesti rajin bertanya sebab tak ada tanda khusus tiap-tiap pepes tadi. Semua terbungkus dalam daun pisang yang sebagian terbakar arang.
Begitu datang, tak usah pesan apa. Pesan saja minuman dan nasi untuk berapa orang. Soalnya, semua jenis lauk akan dihidangkan begitu kita duduk di beberapa saung atau meja makan yang tersedia. Pelayan akan menjelaskan pepes apa saja yang dihidangkan. Simak baik-baik jika tidak mau bolak-balik bertanya.
Nasi dan lalapan yang tersaji juga menggoda selera untuk segera menyambarnya. Yang layak disambar pertama adalah pepes jambal. Ini yang paling banyak dicari pelanggan manakala berkunjung ke warung makan yang didirikan oleh HM Dirga ini.Ternyata jambal yang dimaksud adalah ikan patin yang diambil langsung dari Bendungan Walahar. Patin sebenarnya bukan jenis ikan yang populer dipepes karena jika tidak pandai mengolah, ikan ini kerap mengeluarkan bau tanah dan mengeluarkan lendir, mirip lele jika dipepes. Namun, di warung ini, semua kekhawatiran itu lenyap, rasanya gurih dengan lumuran beraneka rempah bersemu kuning dari kunyit. Tanpa terasa pepes kedua berpindah piring.
Warung HM Dirga memang terlihat sederhana. Namun menyatu dengan alam sekelilingnya. Bahkan kita bisa melihat proses pembakaran pepes. Tak jauh dari warung ada bendungan Walahar yang sudah beroperasi sejak zaman Belanda.
Untuk menuju ke warung ini dari tol Jakarta - Cikampek keluar di Klari atau Karawang Timur dan ikuti saja saluran air yang menuju ke Bendungan Walahar (S6°23'05.68" E107°21'40.12"). Nah, warung pepes letaknya tak jauh dari bendungan ini. Jika keluar dari tol Karawang Timur maka lokasinya berada setelah melewati bendungan. Namun jika kita datangnya dari arah Kalimalang (yang saya lakukan bersama teman-teman karena naik sepeda), ya sebelum jembatan warung pepesnya.
(Foto: wisatanusantarakita.wordpress.com)