Intisari-online.com -Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar di Nusantara yang berdiri sejak 1293 Masehi hingga 1500 Masehi.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertajasa Jayawardhana.
Letak kerajaan ini berada di daerah Tarik, Mojokerto, Jawa Timur.
Majapahit dikenal sebagai kerajaan besar yang mengandalkan kekuatan laut dan agraris.
Kerajaan ini mampu menguasai sebagian besar wilayah Nusantara, bahkan sampai ke Maluku, tempat penghasil rempah-rempah.
Majapahit juga menjalin hubungan dagang dengan negara-negara lain, seperti Cina, India, dan Arab.
Lantas, apa faktor yang membuat Majapahit menjadi kerajaan besar agraris dan perdagangan?
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kejayaan Majapahit, menurut sumber-sumber yang saya temukan di internet.
1. Kondisi Geografis Majapahit
Majapahit memiliki kondisi geografis yang sangat menguntungkan.
Kerajaan ini diapit oleh dua sungai besar, yakni Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo.
Sungai-sungai ini menjadi sumber air yang melimpah dan subur untuk kegiatan bercocok tanam.
Selain itu, sungai-sungai ini juga menjadi jalur transportasi dan komunikasi antara daerah pedalaman dan pesisir.
Baca Juga: Hubungan antara Kerajaan Ternate dan Tidore dengan Tokoh-tokoh Ulama dari Gresik
Majapahit juga berada di kawasan yang memiliki tanah subur dan cocok untuk bercocok tanam.
Menurut salah satu surat kabar Cina, tanah di Jawa digambarkan sangat subur dan cocok untuk bercocok tanam.
Majapahit bisa memanen padi sebanyak dua kali dalam kurun waktu satu tahun.
Selain padi, Majapahit juga memiliki komoditas lainnya berupa semangka, kelapa, dan manggis.
2. Pengelolaan Lahan Pertanian
Pengelolaan lahan untuk media bercocok tanam sangat diperhatikan pada masa kepemimpinan Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk memerintahkan untuk membuat saluran air, membuat bendungan, dan juga membuka lahan baru untuk kegiatan bercocok tanam.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan rakyat.
Majapahit juga memiliki sistem pertanian yang teratur dan efisien.
Majapahit menerapkan sistem sawah tadah hujan dan sawah irigasi.
Sistem sawah tadah hujan adalah sistem pertanian yang mengandalkan air hujan sebagai sumber air.
Sistem sawah irigasi adalah sistem pertanian yang mengandalkan saluran air buatan sebagai sumber air.
Sistem ini memungkinkan Majapahit untuk mengatur distribusi air sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Baca Juga: Jelaskan Peran Kerajaan Majapahit Bagi Kehidupan Berbangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Pengelolaan Rempah dari Maluku
Setelah Majapahit menguasai Maluku, tempat penghasil rempah-rempah, Majapahit mulai mengatur sistem perdagangan rempah-rempah dengan negara ataupun kerajaan luar.
Ditambah kebutuhan rempah-rempah yang sangat besar saat itu, tidak hanya di kawasan Asia Tenggara, tetapi juga di dunia internasional.
Rempah-rempah yang dihasilkan Maluku antara lain adalah cengkih, pala, lada, kayu manis, dan jahe.
Rempah-rempah ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan menjadi komoditas yang dicari oleh banyak pedagang.
Rempah-rempah juga memiliki fungsi sebagai bahan obat, bumbu masak, dan pengawet makanan.
Majapahit memanfaatkan rempah-rempah sebagai sumber pendapatan dan kekuasaan.
Majapahit menjual rempah-rempah dengan harga yang tinggi kepada pedagang asing.
Majapahit juga mengenakan pajak dan bea cukai kepada pedagang yang ingin membeli rempah-rempah.
Majapahit juga memberikan rempah-rempah sebagai hadiah atau upeti kepada negara atau kerajaan yang bersahabat.
4. Banyaknya Pelabuhan yang Dibangun
Majapahit memiliki banyak pelabuhan yang dibangun di beberapa daerah pesisir, seperti Tuban, Gresik, dan Surabaya.
Pelabuhan-pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan dan diplomasi Majapahit.
Pelabuhan-pelabuhan ini juga menjadi tempat singgah dan berlabuh bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara.
Majapahit membagi pelabuhan menjadi dua, pelabuhan untuk urusan perdagangan dengan negara lain terletak di pelabuhan Ujung Galuh yang sekarang lebih terkenal dengan nama pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya.
Sementara untuk urusan internasional diserahkan ke pelabuhan Kambang Putih di Tuban.
Pelabuhan-pelabuhan ini tidak hanya untuk urusan perdagangan, tetapi juga digunakan untuk urusan internasional, seperti menerima kunjungan dari negara lain.
Majapahit menjalin hubungan baik dengan negara-negara seperti Cina, India, Arab, Siam, Kamboja, dan lain-lain.
Majapahit juga menerima utusan dan duta besar dari negara-negara tersebut.
Majapahit juga mengirim utusan dan duta besar ke negara-negara tersebut.
Baca Juga: Jelaskan Peran Kerajaan Majapahit Bagi Kehidupan Berbangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia
5. Persenjataan yang Memadai
Majapahit memiliki persenjataan yang modern pada masa itu.
Gajah Mada adalah sosok di balik senjata yang diberi nama meriam cetbang.
Gajah Mada semasa kecil pernah diasuh oleh salah satu tentara Tartar yang saat itu datang ke Jawa.
Dari situ, Gajah Mada belajar tentang senjata api dan meriam.
Meriam cetbang adalah senjata yang terbuat dari besi dan berbentuk tabung.
Senjata ini menggunakan mesiu sebagai bahan peledak dan bisa menembakkan peluru berupa bola besi atau batu.
Meriam cetbang memiliki jangkauan tembak yang jauh dan akurat.
Meriam cetbang juga bisa dipasang di kapal-kapal perang Majapahit.
Meriam cetbang menjadi senjata andalan Majapahit dalam menghadapi musuh.
Meriam cetbang berhasil mengalahkan pasukan Mongol yang menyerang Jawa pada tahun 1293 Masehi.
Meriam cetbang juga berhasil mengalahkan pasukan Sunda yang menyerang Majapahit pada tahun 1357 Masehi.
Meriam cetbang juga berhasil mengalahkan pasukan Demak yang menyerang Majapahit pada tahun 1478 Masehi.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang membuat Majapahit menjadi kerajaan besar agraris dan perdagangan.
Faktor-faktor tersebut adalah kondisi geografis Majapahit, pengelolaan lahan pertanian, pengelolaan rempah dari Maluku, banyaknya pelabuhan yang dibangun, dan persenjataan yang memadai.
Faktor-faktor ini saling berkaitan dan saling mendukung dalam menciptakan kejayaan Majapahit.