Uraian Mengenai Tradisi Pindah Rumah Masyarakat Bugis yang Unik

Ade S

Editor

Mappalette Bola. Artikel ini menguraikan mengenai tradisi pindah rumah masyarakat Bugis yang melibatkan kegotong-royongan dan doa.
Mappalette Bola. Artikel ini menguraikan mengenai tradisi pindah rumah masyarakat Bugis yang melibatkan kegotong-royongan dan doa.

Intisari-Online.com -Pernahkan Anda membayangkan harus memindahkan rumah Anda secara utuh, yaitu bangunan rumah beserta isinya?

Inilah yang dilakukan oleh masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan, dalam tradisi yang disebut Mappalette Bola.

Artikel ini akan menguraikan mengenai tradisi pindah rumah masyarakat Bugis yang unik dan menarik.

Rumah Adat dalam Tradisi Mappalette Bola

Rumah yang dipindahkan dalam tradisi ini umumnya adalah rumah adat yang berbentuk panggung dan terbuat dari kayu, sesuai dengan ciri khas masyarakat Sulawesi.

Rumah ini dibangun dengan menggunakan tiang dan balok yang disambung tanpa paku.

entuknya persegi empat dan panjangnya lebih ke belakang.

Ada tiang-tiang yang menancap di tanah dan ada yang berada di atas batu dengan keseimbangan yang baik.

Sebelum memindahkan rumah, semua perabotan di dalam rumah, seperti lemari dan barang pecah belah, harus dikeluarkan agar tidak rusak.

Lalu, bambu dipasang pada tiang-tiang di bawah rumah panggung untuk mengangkat rumah.

Baca Juga: Nilai yang Ada Dalam Tradisi Memindahkan Rumah Panggung Bugis

Tradisi Mappalette Bola melibatkan banyak warga kampung, bisa puluhan atau ratusan orang.

Ada dua cara memindahkan rumah, tergantung jarak lokasi baru.

Cara pertama, jika lokasi baru dekat, rumah cukup didorong setelah roda/ban dipasang di bagian bawah rumah.

Cara kedua, jika lokasi baru jauh, warga kampung harus bekerja sama mengangkat rumah secara bersamaan.

Makanan dalam Tradisi Mappalette Bola

Ada dua jenis makanan yang disajikan untuk laki-laki yang memindahkan rumah, yaitu sebelum dan sesudah pindahan.

Makanan sebelum pindahan adalah kue-kue tradisional khas suku Bugis, seperti bandang, barongo, suwella, disertai teh atau kopi.

Makanan sesudah pindahan adalah sup 'saudara' yang merupakan makanan khas Sulawesi Selatan.

Selain itu, juga ada masakan ikan bandeng dengan bumbu saus kacang.

Makanan-makanan ini disiapkan oleh perempuan yang tidak ikut dalam prosesi pemindahan rumah.

Hanya laki-laki yang boleh melakukan prosesi, sedangkan perempuan bertanggung jawab menyiapkan makanan.

Baca Juga: Contoh Keragaman Suku yang Ada di Indonesia, dari Minang hingga Bugis

Doa dan Mantra dalam Tradisi Mappalette Bola

Sebelum prosesi dimulai, tradisi diawali dengan doa agar proses pemindahan rumah berjalan lancar sesuai harapan.

Doa ini dipimpin oleh seorang tokoh agama atau adat yang dihormati oleh masyarakat.

Proses pemindahan rumah dipimpin oleh seorang ketua adat yang memberikan aba-aba dan arahan kepada warga.

Ketua adat juga akan berseru semacam 'mantra' agar warga kuat mengangkat rumah sampai ke lokasi baru.

Ketua adat juga yang menentukan kapan harus mengangkat, berhenti, berjalan, dan sebagainya.

Setelah satu tahun tinggal di lokasi baru, mereka akan mengadakan upacara Moccera Bola untuk menolak bala dengan cara menyapukan darah ayam pada tiang-tiang rumah.

Upacara ini juga diiringi dengan doa dan mantra.

Kesimpulan

Tradisi Mappalette Bola adalah salah satu tradisi yang menunjukkan keunikan dan kekayaan budaya masyarakat Bugis.

Tradisi ini juga menggambarkan semangat kegotong-royongan dan kepercayaan kepada Tuhan yang kuat.

Dengan menguraikan mengenai tradisi pindah rumah masyarakat Bugis, kita dapat mengenal lebih dekat budaya Indonesia yang beragam dan indah.

Baca Juga: Mappalette Bola, Tradisi Pindah Rumah Masyarakat Suku Bugis Di Sulawesi Selatan

Artikel Terkait