Intisari-Online.com - Beberapa kali lewat jalur Selatan, baru dalam mudik Lebaran 2013 saya berkesempatan mampir ke Warung Sate Bebek Pak Encus. Itu pun karena sudah saya agendakan meski hampir saja gagal karena kemacetan yang mendera di sepanjang jalan dari Yogyakarta. Lokasi warung berada di pinggir jalan lintas Selatan, tepatnya di Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas.
Sungguh beruntung bahwa sebelum sampai di Pak Encus kemacetan sudah terurai. Jadilah saya menepikan kendaraan dan masuk ke warung Pak Encus. Jam makan siang sudah lewat sekitar satu setengah jam. Namun di dalam yang mampu menampung sekitar 50 pengunjung itu, sepertiga kursi terisi. Warungnya sederhana saja. Ya, sesuai dengan sebutan warung.
Adalah Panji Susilo (51) dan Antini (50) yang memulai usaha makanan ini di tahun 1994. Kala itu, mereka memulai usaha dengan mendirikan warung kecil di pinggir Jalan Raya Tambak.
"Kami memulai usaha dengan modal Rp250 ribu dan harga seporsi sate bebek saat itu Rp2.500. Kebetulan saat itu istri saya suka memasak dan membuat inovasi, dan ternyata bumbu racikannya cocok di lidah pelanggan," kenang Panji yang akrab dipanggil Encus, seperti dikutip merdeka.com.
Saya memilih sop dan sate bebek yang menjadi andalan warung ini. Tidak perlu lama untuk menunggu, pesanan segera datang. Sop dengan kuah santan pun disajikan di meja dengan bumbu sambal tumbuk. Sambal langsung saya singkirkan setelah saya cicipi ternyata terlalu pedas buat ukuran saya. Sedangkan sate berwarna cokelat itu begitu menggoda.
Seruputan pertama kuah yang gurih campur manis membuat rasa lapar di siang itu langsung perlahan menyingkir. Begitu sendok mencoba mengupas daging bebek dari tulang, begitu mudah dan hmmm ... terasa lembut dan lunak saat digigit. Tanpa terasa semangkuk sop bebek dan sepiring nasi berpindah tempat. Bagaimana dengan satenya? Kesan daging bebek yang alot pun sirna. Begitu empuk dan tanpa buang waktu sate menjadi pencuci mulut makan siang.
Seiring waktu, Pak Encus membuat inovasi dalam hal menu. Tak hanya sate dan sop bebek, namun juga gulai, rica-rica, serta goreng dan bakar. Jumlah bebek yang dibutuhkan pun semakin meningkat seiring banyaknya pengunjung. Di masa liburan Lebaran, menurut Antini, bisa seribu bebek kehilangan nyawa.
Ditanya soal rahasia resep masakannya, Antini yang menjadi juru masak membeberkan beberapa rahasia. Untuk bahan baku daging bebek, dia lebih memilih daging bebek muda agar tetap terjaga keempukan dagingnya saat dicicip pelanggan. "Untuk pengolahannya, kami tidak mengolahnya dengan cara mempresto, tetapi dengan merebus sekitar 2-3 jam. Selain itu, kami selalu memperhatikan kebersihan daging bebek yang akan diolah. Karena kunci utama agar dagingnya tidak bau dan bisa tahan lama, ada pada kebersihan daging. Sedangkan untuk, bumbu lainnya pun saya rasa sama dengan yang lain seperti kunyit, kemiri, jahe dan rempah-rempah."
Hasilnya, "Rica-rica bebeknya yang pedas diimbangi dengan dagingnya yang empuk. Bumbunya pas. okoknya maknyus deh!" kata Budi, salah seorang pelanggan di siang itu.
Soal harga, menurut Budi, semua sajian di Warung Pak Encus sudah sepadan dengan kenikmatan yang dihidangkan. Bagi pecinta kuliner yang sedang mudik lebaran dan tak sabar ingin mencicipi hidangan di Warung Sate Bebek Pak Encus, bisa menikmati seporsi sate bebek dengan harga Rp25 ribu. Selain sate, harga yang sama juga berlaku untuk satu porsi rica-rica, bebek goreng dan bakar.
"Kalau untuk harga gulai Rp15 ribu. Tetapi, gulai bebek yang disajikan di sini juga menjadi favorit pelanggan, karena bisa dinikmati dengan sekali sedot," jelas Encus.
Nah, silakan mampir ke Warung Bebek Pak Encus yang buka mulai pukul 07.00 sampai 24.00.