Intisari-online.com - Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah mengalami penjajahan oleh Jepang selama tiga setengah tahun, yaitu dari tahun 1942 hingga 1945.
Penjajahan Jepang membawa berbagai dampak bagi kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk di bidang pendidikan.
Bagaimana dampak penjajahan Jepang terhadap sistem pendidikan Indonesia?
Sebelum kedatangan Jepang, Indonesia telah menjalani masa penjajahan oleh Belanda selama lebih dari tiga abad.
Sistem pendidikan yang diterapkan oleh Belanda pada masa itu sangat diskriminatif dan tidak merata.
Hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang dapat mengenyam pendidikan formal, terutama mereka yang berasal dari golongan priyayi, bangsawan, atau elite. Mayoritas masyarakat Indonesia hanya dapat mengikuti pendidikan informal, seperti pesantren, surau, atau sekolah rakyat.
Pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Belanda terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu HIS (Hollandsch-Inlandsche School) untuk pendidikan dasar, MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) untuk pendidikan menengah, dan AMS (Algemeene Middelbare School) atau HBS (Hogere Burger School) untuk pendidikan tinggi.
Selain itu, ada juga sekolah khusus untuk etnis Tionghoa, Arab, dan Eropa. Bahasa pengantar yang digunakan di sekolah-sekolah ini adalah bahasa Belanda, kecuali di sekolah Tionghoa yang menggunakan bahasa Mandarin.
Pendidikan informal yang diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia sendiri terdiri dari berbagai macam jenis, seperti sekolah agama, sekolah kebangsaan, sekolah partai, sekolah swasta, dan lain-lain.
Bahasa pengantar yang digunakan di sekolah-sekolah ini adalah bahasa Indonesia, bahasa daerah, atau bahasa Arab. Sekolah-sekolah ini lebih menekankan pada pengembangan nilai-nilai nasionalisme, keagamaan, dan kemandirian.
Perubahan Sistem Pendidikan oleh Jepang
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR