Intisari-Online.com – Di Restoran ini Anda akan merasakan masakan yang lezat namun tetap sehat, sekaligus menikmati suasana restoran yang nyaman. Maklum, restoran yang bernama Chef’s Table ini mengusung konsep “sehat, enak dan nyaman”.
Di dalam restoran pengunjung akan merasakan suasana akrab. Pengunjung bisa memilih meja di dalam restoran atau di teras. Di meja yang dipilih, pengunjung akan mendapatkan pelayanan standar hotel berbintang. Segala kebutuhakan pengunjung akan dilayani.
Ketika hendak meninggalkan restoran usai menikmati hidangan yang disajikan, Raymond akan mengantar keluar restoran sembari menyampaikan ucapan terima kasih atas kunjungan yang telah dilakukan.
Restoran Chef’s Table memang berbeda dari restoran di Kota Bandung pada umumnya. Restoran yang berada di Jl. Setiabudi, Bandung, ini menyajikan masakan yang dijamin tanpa MSG dan bahan kimia untuk makanan.
Rasa gurih dari MSG digantikan oleh rasa gurih dari sari udang, daging ayam, dan tulang ayam yang direbus selama 6-7 jam.
Restoran Che’s Table menyajikan lebih dari 100 jenis masakan, dari masakan Indonesia, Chinese food, dan masakan negara-negara Barat seperti Italia, Prancis, Inggris, dan Jerman.
“Setiap hari semua masakan itu tersedia,” tegas Raymond.
Berapa harganya? Harga masakan yang dipatok Raymond berkisar Rp 12.000 (dimsum) hingga Rp 88.000 (steik) per porsi.
Meskipun sedikit lebih mahal dari harga restoran konvensional untuk masakan sejenis, harga tersebut sangat sesuai dengan kenikmatan yang didapat, yakni sehat, enak, dan nyaman.
”Jadi, orang makan di sini, keluar uang tapi tidak dapat racun. Saya tawarkan MSG free benar-benar MSG free, bukan cuma slogan,” ujarnya.
Raymond tidak menggunakan pemanis dari sirup pada minuman yang ia tawarkan. Ia membuat pemanis dari gula murni yang ia cairkan. Untuk jus, ia juga menggunakan buah berkualitas. “Kalau tidak dapat alpukat yang bagus, ya, saya tidak jual jus alpukat,” tegasnya.
Yang menarik dan menjadi ciri khas Restoran Chef’s Table adalah di salah satu sudut retoran dipajang puluhan kaleng dan botol CocaCola dari berbagai penjuru dunia.
Kaleng dan botol itu memang dibawa Raymond dari berbagai negara yang pernah dikunjungi Raymond.
Dari koleksi tersebut pengunjung restoran menjadi tahu bahwa desain, jenis, dan ukuran kemasan minuman asal Negeri Paman Sam tersebut berbeda dari satu negara ke negara lain. (Teguh Jiwabrata / idebisnis.biz)