Intisari-Online.com -Barangkali ini adalah pertanyaan yang paling sering muncul sebelum seseorang melakukan penelitian etnografi:
"Apa tahapan pertama dalam menyusun etnografi dan mengapa demikian?"
Begini kami berikan jawabannya:
Penelitian etnografi cenderung berhati-hati dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk menarik sebuah kesimpulan.
Kehati-hatian tersebut berimbas pada banyaknya tenaga dan waktu yang dikeluarkan.
Tantangan penelitian etnografis terletak pada kesulitannya mempelajari pola-pola manusia dalam suatu komunitas di wilayah tertentu.
Sehingga dalam menentukan penelitian etnografi ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam memahami suatu kebudayaan masyarakat di institusi sosial.
Langkah pertama dalam menyusun penelitian etnografi adalahMenentukan Masalah Penelitian dan Informan
Dalam langkah pertama ini, etnografer kemudian menentukan masalah penelitian yang akan ditelitinya.
Permasalahan penelitian ini meliputi aktivitas masyarakat yang mendasari atau membentuk suatu kebudayaan di masyarakat.
Masalah penelitian ditemukan dalam fenomena sosial budaya masyarakat sehari-hari yang bisa kita tangkap melalui observasi atau berbincang sepintas maupun intensif dengan masyarakat.
Masalah penelitian mungkin bisa saja berasal dari peneliti itu sendiri.
Tapi sebaiknya masalah penelitian merupakan suatu hal yang memang dirasakan oleh masyarakat dan bukan hanya dirasakan atau disangkakan oleh peneliti sendiri saja.
Baca Juga: Mengapa Saat Ini Marak Adanya Etnografi Digital Atau Virtual?
Ketika kita menentukan masalah penelitian tersebut tanpa kita sadari kita juga sedang menentukan informan.
Kita mengetahui bahwa informan itu sesuai dengan masalah penelitian melalui beberapa kriteria.
Tahap itu di antaranya:
A. Enkulturasi Penuh
Enkulturasi penuh merupakan proses alami informan mempelajari suatu budaya tertentu.
Kita lihat bagaimana informan itu pertama kali muncul di suatu institusi dan belajar beradaptasi dengan suasana kebudayaannya.
Hal ini bisa mengarah pada pengalaman informan yang telah bertahan di sana untuk jangka waktu lama.
Salah satu contohnya, kita mengobrol dengan calon informan tentang topik yang akan dijadikan masalah penelitian.
Calon informan itu bisa menjawab masalah penelitian kita yang akan diteliti karena dia telah tinggal lama di lokasi dan mengetahui banyak informasi tentang masalah penelitian kita.
Hal ini berarti calon informan itu sudah melakukan enkulturasi di suatu institusi dengan jangka waktu cukup lama.
B. Keterlibatan Langsung
Etnografer harus bisa mencermati keterlibatan langsung yang dialami oleh calon informan.
Hal ini penting untuk diperhatikan dalam memilih calon informan tentang bagaimana keterlibatan informan dalam suasana budayanya.
Baca Juga: Teganya Raja Mataram Islam Ini Bantai 6.000 Ulama, Diduga Karena Balas Dendam Kepada Adiknya
Keterlibatan itu menjadi sebuah acuan bagaimana informan itu menggunakan pengetahuannya dan membimbing tindakannya dalam membentuk kebudayaan.
Kualitas data yang akan diperoleh tergantung bagaimana informan itu masih terlibat di suasanabudayanya.
Semisal ketika kita sedang memilih calon informan itu di antaranya Rani yang masih menjadi penggiat seni Jaipongan dan Tina yang sudah tidak mengikuti kegiatan tersebut.
Kita kemudian bingung memilih lantaran Rani yang masih menjadi penggiat sedangkan Tina memiliki pengetahuan masa lampau saat mengikuti kegiatan tersebut.
Dalam tahap ini, etnografer harus memilih informan yang masih berada dalam suasana kebudayaan yang tengah diteliti agar hasil data yang didapatkan akan berkualitas.
Rani dipilih karena ia masih memiliki pengetahuan dalam membentuk suasana budayanya dan keterikatan pada institusi sanggar tari yang cenderung berbeda dibanding dengan Tina.
Tina akan menceritakan suasana budaya menurut versinya di mana ia masih mengikuti kegiatan tersebut.
C.Cukup Waktu
Etnografer harus memilih informan berdasarkan waktu yang akan digunakan.
Dalam hal ini manajemen waktu bukan hanya tentang etnografer saja melainkan dengan calon informan itu.
Hal ini berkaitan tentang kesediaan calon informan itu digali informasinya.
Selain itu, etnografer juga harus mempertimbangkan berapa kali dilakukan wawancara, observasi, dan sebagainya.
D. Nonanalitik
Etnografer harus menentukan informan dengan cara memilih informan yang tidak menggunakan analisisnya berdasar ilmu-ilmu yang dikuasinya.
Etnografer sebaiknya memilih informan yang menggunakan perspektifnya sebagai orang dalam atas kebudayaan informan sendiri, bukan menilai pada budaya etnografer atau masyarakat lain.
Semisal Rani memiliki pengetahuan yang cukup di bidang ilmu sosial, tetapi ia mengesampingkan latar belakang ilmu sosialnya untuk menjawab pertanyaan dari etnografer tentang perspektif sendratari tersebut.
Rani tidak berusaha untuk menggunakan ilmunya untuk menyampaikan informasi tentang sendratari agar diterapkan oleh etnografer itu karena analisis data sepenuhnya adalah tugas etnografer.
Itulah jawabannya dari pertanyaanApa tahapan pertama dalam menyusun etnografi dan mengapa demikian?, semoga bermanfaat.
Baca Juga: Etnografi Merupakan Pekerjaan Mendeskripsikan Suatu Kebudayaan, Apa Maksud Pernyataan Tersebut?