Apa Saja Bencana Alam yang Terjadi pada Masa Reformasi dan Bagaimana Penanganannya?

Ade S

Editor

Sebuah masjid yang masih berdiri di tengah reruntuhan di Banda Aceh, pasca tsunami 2004. Artikel ini membahas apa saja bencana alam yang terjadi pada masa Reformasi dan bagaimana penanganannya. Simak ulasan lengkapnya di sini.
Sebuah masjid yang masih berdiri di tengah reruntuhan di Banda Aceh, pasca tsunami 2004. Artikel ini membahas apa saja bencana alam yang terjadi pada masa Reformasi dan bagaimana penanganannya. Simak ulasan lengkapnya di sini.

Intisari-Online.com -Bencana alam bisa berdampak besar pada kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Oleh karena itu, penanganan bencana alam menjadi hal yang penting dan mendesak.

Dalam artikel ini, kita akan membahas apa saja bencana alam yang terjadi pada masa Reformasi dan bagaimana penanganannya.

Masa Reformasi adalah periode sejarah Indonesia yang dimulai sejak 1998, ketika rezim Orde Baru runtuh dan digantikan oleh era demokrasi.

Masa Reformasi juga menjadi saksi dari berbagai bencana alam yang melanda Indonesia, mulai dari gempa, tsunami, letusan gunung berapi, hingga likuifaksi.

Bagaimana cara pemerintah dan masyarakat Indonesia menghadapi dan menangani bencana alam tersebut?

Apa saja tantangan dan pelajaran yang bisa kita ambil dari pengalaman tersebut?

Mari kita simak bersama.

Bencana Alam yang Terjadi pada Masa Reformasi

* Gempa dan Tsunami Aceh (2004)

Sebuah gempa hebat mengguncang Banda Aceh pada pukul 07:58:53 WIB, tanggal 26 Desember 2004. Tak lama kemudian, tsunami dahsyat menyapu sebagian besar kawasan di Banda Aceh.

Baca Juga: Mengapa Krisis Keuangan yang Berawal di Thailand dapat Berpengaruh Terhadap Indonesia?

Peristiwa ini tidak hanya berdampak pada Indonesia, tetapi juga 15 negara lainnya.

Namun, korban jiwa terbanyak berasal dari Sri Lanka, India, Bangladesh, Thailand, Maladewa, Malaysia, dan Somalia.

Data Bank Dunia menunjukkan bahwa korban meninggal dari Indonesia mencapai 169.000 jiwa, sedangkan total korban di seluruh negara terdampak adalah 230.000 jiwa.

* Gempa Yogyakarta (2006)

Gempa bumi dengan kekuatan 5,9 SR terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya pada pagi hari tanggal 27 Mei 2006, pukul 05.53.

Lebih dari 5.800 orang tewas dan 20.000 orang lainnya mengalami luka-luka.

Banyak bangunan dan infrastruktur yang rusak. Candi Prambanan pun ikut terkena dampaknya.

* Gempa Sumatera Barat (2009)

Sumatera Barat mengalami peristiwa tragis pada 30 September 2009.

Gempa bumi dengan kekuatan 7,6 SR menghantam lepas pantai pukul 17:16:10 WIB dengan kedalaman 87 km, sekitar 50 km dari kota Padang.

Menurut data pemerintah daerah Sumatera Barat, gempa ini menyebabkan sekitar 1.115 orang meninggal dunia, 2.32 orang terluka, dan 279.000 bangunan rusak.

Baca Juga: Mengapa para Pelajar dan Pemuda Ikut Bergabung dalam Aksi Mahasiswa 15 Januari 1974?

* Letusan Gunung Merapi 2010

Merapi meletus pada masa Reformasi pada 5 November 2010.

Debu vulkanik yang keluar dari gunung tidak hanya menyebar ke wilayah Yogyakarta, tetapi juga ke beberapa wilayah di Jawa Barat.

BNPB melaporkan bahwa korban tewas akibat letusan Merapi adalah 275 orang, termasuk Mbah Maridjan alias Ki Surakso Hargo, juru kunci gunung yang ditemukan tewas di rumahnya karena awan panas.

* Gempa, Tsunami, dan Likuifaksi di Palu dan Donggala (2018)

Warga di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah, merasakan gempa kuat pada 28 September 2018.

Gempa di Palu berkekuatan 7,4 SR, dengan kedalaman 10 km, dan posisinya 27 meter arah timur laut Donggala.

Lima menit setelah gempa, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami.

Sayangnya, sebelum warga bisa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, tsunami setinggi enam meter sudah menghancurkan Kota Palu.

Tidak hanya itu, bencana likuifasi juga terjadi, yang membuat tanah menjadi cair dan mengalir membawa segala sesuatu yang ada di atasnya.

BBC melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat bencana ini adalah 2.045 orang.

Penanganan Bencana di Indonesia Sejak Reformasi

Padamasa reformasi, Indonesia telah meningkatkan penanganan bencana, terutama sejak bencana tsunami pada 2004.

Akan tetapi, melansir bpbd.bogorkab.go.id, meskipun manajemen bencana sudah berkembang dengan cepat, masih ada banyak bencana alam yang membutuhkan perbaikan yang lebih besar.

Daerah-daerah yang rawan bencana alam belum kuat dalam menerapkan sistem peringatan dini, kesiapsiagaan risiko bencana dan kemampuan manajemen bencana. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia yang dibangun sejak 2005, masih dalam proses pengembangan.

Sesuai dengan kebijakan pemerintah Indonesia, Pejabat daerah dan provinsi harus menjadi garda terdepan dalam manajemen bencana alam.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Nasional dan Tentara bisa membantu jika dibutuhkan.

Namun, kebijakan ini belum menghasilkan perubahan yang sistematis di level lokal.

Badan penanggulangan bencana daerah diharapkan ada di semua provinsi, tetapi baru terbentuk di 18 daerah.

Selain itu, salah satu kelemahan manajemen bencana di Indonesia adalah kurangnya sumber daya dan kemampuan pemerintah daerah yang masih tergantung pada Pemerintah Pusat.

Demikianlah artikel ini mengulas apa saja bencana alam yang terjadi pada masa Reformasi dan bagaimana penanganannya. Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan wawasan bagi Anda.

Baca Juga: Mengapa para Mahasiswa Melakukan Aksi pada 15 Januari 1974?

Artikel Terkait