Intisari-Online.com -Ternyata Ratna Sari Dewi memegang peranan penting di akhir-akhir kekuasaan Sukarno.
Wanita yang kerap dipanggil Dewi Sukarno bahkan sampai meminta Jepang untuk berada di pihak suaminya.
Ratna Sari Dewi disunting Bung Karno pada 1962.
Wanita berdarah Jepang itu punya peran penting di masa-masa peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru.
Sejarawan Aiko Kurasawa dalam bukunya berjudul Peristiwa 1965: Persepsi dan Sikap Jepang, menulis, Dewi melakukan berbagai upaya rekonsiliasi antara Soekarno dan Angkatan Darat.
Aiko menuturkan, Dewi rela pergi ke Jepang Pada 6 Januari 1966.
Dewi bertemu dengan Perdana Menteri Sato agar memberikan dukungan bagi Soekarno.
"Namun, saat itu, Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk berada di sisi Soeharto, dan secara bertahap meninggalkan Soekarno," ujar Aiko.
Dalam periode tahun 1965, Jenderal M Jusuf sempat mendatangi Dewi sambil menyampaikan dirinya diutus oleh Soeharto.
Jusuf prihatin dengan posisi Soekarno yang selalu dikelilingi oleh Soebandrio dan Hartini yang dianggap pro-PKI.
Atas dasar itu, Jusuf minta Dewi untuk membujuk suaminya agar menyerahkan kekuasaan politik kepada Soeharto secara damai, dengan sepenuhnya tetap menyandang status sebagai presiden.
Jusuf mengatakan, hanya Dewi yang mampu membujuk Soekarno.
Menurut Aiko, pasca-Supersemar Dewi belum menyadari dampak serius Supersemar terhadap suaminya.
Dewi juga disebut sangat gembira dengan pelarangan PKI dan penahanan Soebandrio.
Pada 15 Maret 1966, Dewi merencanakan jamuan makan malam untuk merayakan pelarangan terhadap PKI.
Namun, acara dibatalkan karena Soekarno marah besar ketika mendengar rencana itu.
Kemudian pada 20 Maret 1966, menurut Aiko, Soeharto pernah bermain golf dengan Dewi.
Dalam pemberitaan media Jepang, Asahi Shimbun, tanggal 23 Maret 1966, saat bermain golf, Soeharto memberikan tiga opsi kepada Dewi sehubungan dengan nasib suaminya.
Pertama, pergi ke luar negeri untuk beristirahat.
Kedua, tetap tinggal sebagai presiden sebulan saja.
Ketiga, mengundurkan diri secara total.
Soeharto mengusulkan Dewi memilih opsi pertama dan menyarankan Jepang atau Mekkah sebagai tempat peristirahatan.
"Belakangan, Dewi memberikan kesaksian kepada saya bahwa begitu mendengar tiga opsi saran Soeharto itu, Dewi menyadari bahwa ia dan suaminya telah kalah dalam pertandingan ini," tulis Aiko.