Intisari-online.com -Sumatera adalah salah satu pulau terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan kaya akan kerajaan-kerajaan Islam.
Dua di antaranya adalah Kesultanan Langkat dan Kesultanan Aceh Darussalam, yang merupakan kerajaan Islam terakhir di Sumatera sebelum runtuh akibat penjajahan Belanda pada abad ke-20.
Artikel ini akan mengulas perbandingan antara kedua kerajaan tersebut dari segi asal-usul, perkembangan, kebudayaan, dan hubungan dengan kerajaan lain.
Kesultanan Langkat didirikan pada tahun 1568 oleh Raja Sulaiman, yang merupakan keturunan dari Raja Iskandar Muda dari Aceh Darussalam.
Raja Sulaiman mendapat izin dari Aceh Darussalam untuk memerintah daerah Langkat, yang terletak di pantai timur Sumatera Utara. Kesultanan Langkat kemudian berkembang menjadi kerajaan yang mandiri dan kuat, meskipun tetap menjalin hubungan baik dengan Aceh Darussalam.
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan penerus dari Kerajaan Samudra Pasai, yang merupakan kerajaan Islam pertama di Sumatera.
Kesultanan Aceh Darussalam didirikan pada tahun 1496 oleh Sultan Ali Mughayat Syah, yang merupakan keturunan dari Raja Meurah Johan dari Samudra Pasai.
Kesultanan Aceh Darussalam kemudian menjadi kerajaan Islam terbesar dan terkuat di Sumatera, bahkan di Nusantara, yang mampu menguasai sebagian besar wilayah Sumatera, Malaka, dan sekitarnya.
Perkembangan
Kesultanan Langkat mengalami masa kejayaan pada abad ke-17 dan ke-18, ketika berhasil memperluas wilayahnya hingga mencapai Deli, Serdang, dan Asahan.
Kesultanan Langkat juga memanfaatkan perdagangan rempah-rempah, emas, dan minyak bumi, yang membuatnya kaya dan makmur.
Kesultanan Langkat juga dikenal sebagai kerajaan yang toleran dan terbuka terhadap pengaruh budaya asing, seperti Arab, India, Cina, dan Eropa.
Baca Juga: Misteri Kerajaan Medang, Dari Mataram Kuno hingga Medang Kamulan
Kesultanan Aceh Darussalam mengalami masa kejayaan pada abad ke-16 dan ke-17, ketika dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda, yang dijuluki sebagai "Napoleon dari Timur".
Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan sebagian besar wilayah Sumatera, termasuk Langkat, Deli, Serdang, Asahan, dan lainnya.
Kesultanan Aceh Darussalam juga menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Nusantara, yang menjalin hubungan dengan berbagai negara, seperti Turki, Persia, India, Cina, dan Eropa.
Kebudayaan
Kesultanan Langkat memiliki kebudayaan yang beragam dan unik, yang merupakan perpaduan antara budaya Melayu, Aceh, Minang, Batak, Arab, India, Cina, dan Eropa.
Kesultanan Langkat juga memiliki sistem pemerintahan yang demokratis, yang melibatkan para ulama, bangsawan, dan rakyat dalam pengambilan keputusan.
Kesultanan Langkat juga memiliki warisan budaya yang berharga, seperti masjid, istana, makam, seni ukir, seni sastra, dan seni musik.
Kesultanan Aceh Darussalam memiliki kebudayaan yang khas dan berpengaruh, yang merupakan refleksi dari ajaran Islam yang kuat dan ortodoks.
Kesultanan Aceh Darussalam juga memiliki sistem pemerintahan yang absolutis, yang menganggap sultan sebagai wakil Allah di bumi.
Kesultanan Aceh Darussalam juga memiliki warisan budaya yang luar biasa, seperti masjid, istana, benteng, museum, seni kaligrafi, seni sastra, dan seni musik.
Baca Juga: Misteri Asal-Usul dan Kejayaan Kerajaan Tarumanegara yang Menguasai Jawa Barat
Hubungan
Kesultanan Langkat dan Kesultanan Aceh Darussalam memiliki hubungan yang kompleks dan dinamis, yang terkadang bersifat harmonis dan terkadang bersifat konfliktif.
Pada awalnya, Kesultanan Langkat merupakan bawahan dari Kesultanan Aceh Darussalam, yang memberikan perlindungan dan pengakuan kepada Kesultanan Langkat.
Namun, seiring dengan perkembangan Kesultanan Langkat, terjadi beberapa kali pemberontakan dan perang antara kedua kerajaan, yang berujung pada kemerdekaan Kesultanan Langkat dari Aceh Darussalam.
Pada masa penjajahan Belanda, Kesultanan Langkat dan Kesultanan Aceh Darussalam memiliki sikap yang berbeda.
Kesultanan Langkat cenderung bersikap kooperatif dan akomodatif terhadap Belanda, yang memberikan kesempatan bagi Kesultanan Langkat untuk tetap eksis dan berkembang.
Sementara itu, Kesultanan Aceh Darussalam cenderung bersikap resisten dan militan terhadap Belanda, yang menyebabkan perang Aceh yang berlangsung selama 30 tahun dan mengakhiri keberadaan Kesultanan Aceh Darussalam.
Kesultanan Langkat dan Kesultanan Aceh Darussalam adalah dua kerajaan Islam terakhir yang berdiri di Sumatera sebelum runtuh akibat penjajahan Belanda pada abad ke-20.
Kedua kerajaan tersebut memiliki perbedaan dan persamaan dari segi asal-usul, perkembangan, kebudayaan, dan hubungan dengan kerajaan lain.
Kedua kerajaan tersebut juga memiliki kontribusi dan warisan yang penting bagi sejarah dan budaya Sumatera khususnya, dan Indonesia pada umumnya.