Intisari-online.com - Gunung Marapi, yang terletak di perbatasan Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, adalah salah satu gunung favorit para pendaki di Indonesia.
Gunung ini memiliki ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut dan memiliki kawah aktif yang sering meletus.
Di puncak gunung ini, terdapat sebuah tugu yang menjadi saksi bisu perjuangan evakuasi korban letusan Merapi pada tahun 1992.
Tugu itu bernama Tugu Abel Tasman, yang didirikan untuk mengenang seorang pendaki yang tewas terkena batu panas saat Merapi meletus.
Siapa Abel Tasman?
Abel Tasman adalah seorang pendaki asal Bukittinggi yang lahir pada tahun 1968.
Dia adalah anak kedua dari empat bersaudara dan bercita-cita menjadi polisi.
Dia gemar mendaki gunung sejak remaja dan sering mengikuti kegiatan Sekber (Sekretariat Bersama) Pendaki Gunung Sumatera Barat.
Dia dikenal sebagai pendaki yang ramah, ceria, dan berjiwa sosial.
Pada tanggal 5 Juli 1992, Abel Tasman bersama beberapa temannya mendaki Gunung Marapi.
Mereka bermalam di Pos 3 dan berencana mencapai puncak pada pagi hari.
Saat itu, cuaca cerah dan pemandangan indah.
Mereka pun berfoto-foto di dekat Puncak Merpati, salah satu puncak di Gunung Marapi.
Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba, Gunung Marapi meletus dengan dahsyat. Awan panas bercampur debu dan material berhamburan dengan cepat.
Para pendaki yang berada di puncak panik dan berlari menuruni gunung. Sayangnya, Abel Tasman tidak sempat menyelamatkan diri.
Dia terkena batu panas seukuran bola kaki di samping kepala dan langsung jatuh di tempat. Dia meninggal dalam usia 24 tahun.
Baca Juga: Inilah Latar Belakang Peristiwa Pemberontakan DI/TII Di Jawa Barat
Bagaimana proses evakuasi korban?
Proses evakuasi korban letusan Merapi pada tahun 1992 tidak mudah. Saat itu, kondisi di bawah gunung gelap dan hujan abu belerang.
Jalan raya Koto Baru macet total. Komunikasi terputus. Banyak pendaki yang terluka dan trauma.
Selain Abel Tasman, ada juga dua orang pendaki asal Amerika dan dua orang pemandu yang terluka parah karena berada dekat kawah saat letusan.
Para pendaki yang selamat berusaha mencari bantuan dan menghubungi pihak berwenang.
Mereka juga berkoordinasi dengan pendaki lain yang berada di Gunung Singgalang, gunung yang bersebelahan dengan Gunung Marapi.
Beberapa pendaki dari Gunung Singgalang segera turun dan menuju ke Gunung Marapi untuk membantu evakuasi.
Salah satu pendaki yang terlibat dalam evakuasi adalah Wing Hing Ing, sahabat sekaligus tetangga dekat Abel Tasman.
Dia mengatakan bahwa evakuasi korban dilakukan secara swadaya oleh para pendaki tanpa bantuan dari pemerintah.
Dia juga mengungkapkan bahwa Abel Tasman tidak bisa dievakuasi pada hari itu karena situasi yang tidak memungkinkan.
Jasad Abel Tasman baru bisa dievakuasi pada hari berikutnya, setelah tim SAR tiba di lokasi.
Baca Juga: Penjelasan Secara Singkat Kronologi Peristiwa Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil
Mengapa didirikan Tugu Abel Tasman?
Tugu Abel Tasman didirikan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada Abel Tasman, yang rela berkorban demi menyelamatkan teman-temannya dari marahnya Merapi.
Tugu itu juga menjadi simbol perjuangan dan solidaritas para pendaki yang terlibat dalam evakuasi korban.
Tugu itu dibangun pada tahun 1994 oleh Sekber Pendaki Gunung Sumatera Barat dengan bantuan dari keluarga dan teman-teman Abel Tasman.
Tugu Abel Tasman berbentuk segi empat dengan tinggi sekitar dua meter.
Di bagian atasnya, terdapat sebuah papan bertuliskan nama dan tanggal meninggalnya Abel Tasman.
Di bagian bawahnya, terdapat sebuah plakat yang berisi ucapan terima kasih kepada para pendaki yang membantu evakuasi korban.
Tugu itu berada di kaki Puncak Merpati, tempat Abel Tasman tewas.
Tugu Abel Tasman menjadi salah satu daya tarik bagi para pendaki yang mendaki Gunung Marapi.
Tugu itu menjadi tempat beristirahat, berdoa, dan mengenang Abel Tasman.
Tugu itu juga menjadi saksi bisu perjuangan evakuasi korban letusan Merapi pada tahun 1992, yang tidak akan terlupakan oleh sejarah.