Intisari-online.com - Batu bara merupakan salah satu sumber energi utama di Indonesia. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi batu bara nasional pada tahun 2022 mencapai 616 juta ton, meningkat 1,2% dari tahun sebelumnya.
Dari jumlah tersebut, sekitar 70% berasal dari wilayah Kalimantan, yang memiliki cadangan batu bara terbesar di Indonesia.
Kalimantan memiliki lima provinsi, yaitu Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.
Di setiap provinsi ini, terdapat beberapa perusahaan pertambangan batu bara yang beroperasi, baik yang berstatus sebagai kontraktor karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) maupun sebagai pemegang izin usaha pertambangan (IUP).
Dari sekian banyak perusahaan batu bara di Kalimantan, ada lima perusahaan yang tercatat sebagai yang terbesar, baik dari segi produksi, penjualan, maupun laba bersih. Siapa saja mereka? Berikut ulasannya.
1. PT Kaltim Prima Coal (KPC)
PT Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan pertambangan batu bara yang berlokasi di Sangatta, Kalimantan Timur.
KPC merupakan salah satu perusahaan batu bara terbesar di dunia, dengan kapasitas produksi mencapai 70 juta ton per tahun.
KPC mengoperasikan salah satu tambang terbuka terbesar di dunia, dengan luas mencapai 84.938 hektar.
KPC didirikan pada tahun 1982 oleh Enadimsa, sebuah perusahaan asal Spanyol, yang kemudian menjual 80% sahamnya kepada konsorsium Australia-Indonesia pada tahun 1989.
Pada tahun 2003, KPC diakuisisi oleh PT Bumi Resources Tbk, yang saat ini memiliki 51% saham KPC.
Sisanya dimiliki oleh Tata Power, sebuah perusahaan asal India, yang membeli 30% saham KPC pada tahun 2007, dan PT Arutmin Indonesia, yang memiliki 19% saham KPC.
Produk utama KPC adalah batu bara dengan merek dagang Envirocoal, yang memiliki kandungan abu, belerang, dan nitrogen yang rendah, sehingga ramah lingkungan.
KPC mengekspor sebagian besar batu baranya ke pasar Asia, seperti India, China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Hong Kong.
KPC juga memasok batu bara ke PLN untuk kebutuhan pembangkit listrik di Indonesia.
Pada tahun 2022, KPC berhasil mencatatkan produksi batu bara sebesar 62,9 juta ton, naik 4,6% dari tahun sebelumnya.
Penjualan batu bara KPC juga meningkat 8,4% menjadi 63,5 juta ton. Laba bersih KPC mencapai US$ 1,2 miliar, naik 28,6% dari tahun sebelumnya.
Baca Juga: Sulawesi Utara, Provinsi dengan Potensi Tambang Nikel, Emas, dan Perak yang Menjanjikan
2. PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) adalah perusahaan induk yang memiliki sejumlah anak usaha yang bergerak di bidang pertambangan, perdagangan, logistik, infrastruktur, dan energi.
ADRO berdiri pada tahun 2004 sebagai PT Padang Karunia, yang kemudian berganti nama menjadi PT Adaro Energy Tbk pada tahun 2008.
ADRO mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 dengan kode ADRO.
Salah satu anak usaha ADRO yang bergerak di bidang pertambangan batu bara adalah PT Adaro Indonesia (AI), yang beroperasi di Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan.
AI memiliki konsesi pertambangan seluas 118.400 hektar, yang terbagi menjadi tujuh wilayah operasi.
AI menghasilkan batu bara dengan merek dagang Envirocoal, yang memiliki kandungan abu dan belerang yang rendah, serta nilai kalori yang tinggi.
AI didirikan pada tahun 1982 oleh Enadimsa, yang sama dengan pendiri KPC.
Pada tahun 1992, AI diambil alih oleh konsorsium yang dipimpin oleh Edwin Soeryadjaya dan Garibaldi Thohir, yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama dan Direktur Utama ADRO.
Pada tahun 2022, AI memiliki kepemilikan saham sebesar 87,5% oleh ADRO, 7,5% oleh Mitsui Coal Holdings, dan 5% oleh Mitsubishi Corporation.
AI mengekspor sebagian besar batu baranya ke pasar Asia, seperti China, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Filipina.
AI juga memasok batu bara ke PLN dan sejumlah pembangkit listrik swasta di Indonesia.
Selain itu, AI juga mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2 x 1000 MW di Kalimantan Selatan, yang dikenal sebagai proyek Bhimasena Power Indonesia (BPI).
Pada tahun 2022, AI mencatatkan produksi batu bara sebesar 54,5 juta ton, turun 3,4% dari tahun sebelumnya.
Penjualan batu bara AI juga menurun 4,4% menjadi 54,8 juta ton.
Laba bersih AI mencapai US$ 1,1 miliar, naik 12,8% dari tahun sebelumnya.
3. PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU)
PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) adalah perusahaan publik yang bergerak di bidang pertambangan, perdagangan, perkebunan, konstruksi, real estat, pertanian, percetakan, industri, transportasi, dan jasa.
BRAU berdiri pada tahun 1983 sebagai PT Risco, yang kemudian berganti nama menjadi PT Berau Coal Energy Tbk pada tahun 2007.
BRAU mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 dengan kode BRAU.
Salah satu anak usaha BRAU yang bergerak di bidang pertambangan batu bara adalah PT Berau Coal, yang beroperasi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Berau Coal memiliki konsesi pertambangan seluas 118.400 hektar, yang terbagi menjadi lima wilayah operasi.
Berau Coal menghasilkan batu bara dengan merek dagang Envirocoal, yang memiliki kandungan abu dan belerang yang rendah, serta nilai kalori yang tinggi.
Berau Coal didirikan pada tahun 1983 oleh PT Armadian Tritunggal, sebuah perusahaan asal Indonesia, yang kemudian menjual 90% sahamnya kepada Asia Resource Minerals plc (ARMS), sebuah perusahaan asal Inggris, pada tahun 2010.
Pada tahun 2015, ARMS diambil alih oleh Asia Coal Energy Ventures Ltd (ACE), sebuah perusahaan asal Singapura, yang saat ini memiliki 84,7% saham BRAU.
4. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) adalah perusahaan publik yang bergerak di bidang pertambangan, perdagangan, jasa, dan energi.
ITMG berdiri pada tahun 1987 sebagai PT Indominco Mandiri, yang kemudian berganti nama menjadi PT Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2007.
ITMG mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 dengan kode ITMG.
ITMG memiliki enam anak usaha yang bergerak di bidang pertambangan batu bara, yaitu PT Indominco Mandiri, PT Trubaindo Coal Mining, PT Jorong Barutama Greston, PT Kitadin, PT Bharinto Ekatama, dan PT Tepian Indah Sukses.
ITMG beroperasi di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan, dengan total konsesi pertambangan seluas 212.544 hektar.
ITMG menghasilkan batu bara dengan merek dagang Envirocoal, yang memiliki kandungan abu dan belerang yang rendah, serta nilai kalori yang tinggi.
ITMG dimiliki sepenuhnya oleh Banpu Public Company Limited, sebuah perusahaan asal Thailand, yang merupakan salah satu produsen batu bara terbesar di Asia.
ITMG mengekspor sebagian besar batu baranya ke pasar Asia, seperti China, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Filipina.
ITMG juga memasok batu bara ke PLN dan sejumlah pembangkit listrik swasta di Indonesia.
Selain itu, ITMG juga mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2 x 30 MW di Kalimantan Timur, yang dikenal sebagai proyek Bontang Coal Terminal Power Plant (BCTPP).
Pada tahun 2022, ITMG mencatatkan produksi batu bara sebesar 25,5 juta ton, turun 1,9% dari tahun sebelumnya.
Penjualan batu bara ITMG juga turun 2,4% menjadi 25,7 juta ton. Laba bersih ITMG mencapai US$ 0,3 miliar, turun 8,3% dari tahun sebelumnya.
Baca Juga: Dari Nikel hingga Emas, Ini Dia Daftar Tambang Laut Terbesar di Indonesia
5. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) adalah perusahaan publik yang bergerak di bidang pertambangan, perdagangan, jasa, dan energi.
PTBA berdiri pada tahun 1950 sebagai Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA), yang kemudian berganti nama menjadi PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk pada tahun 1981.
PTBA mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002 dengan kode PTBA.
PTBA memiliki empat anak usaha yang bergerak di bidang pertambangan batu bara, yaitu PT Bukit Asam Prima, PT Bukit Asam Transpacific Railway, PT Bukit Asam Banko, dan PT International Prima Coal.
PTBA beroperasi di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan, dengan total konsesi pertambangan seluas 99.085 hektar.
PTBA menghasilkan batu bara dengan merek dagang Envirocoal, yang memiliki kandungan abu dan belerang yang rendah, serta nilai kalori yang tinggi.
PTBA dimiliki sebagian besar oleh Pemerintah Indonesia, yang memiliki 65,02% saham PTBA.
Sisanya dimiliki oleh publik. PTBA mengekspor sebagian besar batu baranya ke pasar Asia, seperti China, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Malaysia.
PTBA juga memasok batu bara ke PLN dan sejumlah pembangkit listrik swasta di Indonesia.
Selain itu, PTBA juga mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2 x 620 MW di Sumatera Selatan, yang dikenal sebagai proyek Sumsel-8.
Pada tahun 2022, PTBA mencatatkan produksi batu bara sebesar 24,6 juta ton, naik 2,5% dari tahun sebelumnya.
Penjualan batu bara PTBA juga naik 3,3% menjadi 25,1 juta ton. Laba bersih PTBA mencapai US$ 0,2 miliar, naik 10,5% dari tahun sebelumnya.