Salah satu bukti sejarah teori out of Taiwan adalah kegemaran bercerita lewat lukisan di dinding gua.
Intisari-Online.com - Banyak yang mengatakan bahwa nanek moyang bangsa Indonesia berasal dari Taiwan atau Pulau Formosa.
Pendapat ini dikenal dengan teori out of Taiwan.
Apa bukti sejarah yang memperkuat teori out of Taiwan?
Dikutip dari Kompas.com, ada sejumlahteori yang berkaitan dengan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.
Salah satu teori yang muncul dari penelitian ahli arkeologi, genetika, dan bahasa adalah Teori Out of Taiwan.
Teori Out of Taiwan menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Taiwan atau Kepulauan Formosa.
Para pendatang yang berbicara dengan tutur Austronesia ini telah menjelajahi Madagaskar di bagian barat, Pulau Paskah di bagian timur, Taiwan dan Mikronesia di utara, hingga sampai ke selatan di Selandia Baru.
Mereka diperkirakan datang dari Taiwan melalui Filipina sekitar tahun 4.500-3.000 SM.
Kemudian sekitar tahun 3.500-2.000 SM, mereka melakukan migrasi ke Indonesia melalui Sulawesi dan menyebar ke berbagai pelosok nusantara.
Dari Sulawesi, alur persebaran terpecah menjadi dua alur.
Alur barat, yaitu ke Kalimantan terus ke Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan alur timur bermula dari Sulawesi ke Indonesia bagian timur.
Para ahli sejarah mengatakan bahasa nenek moyang bangsa Indonesia Melayu berasal dari Taiwan yang disebut yaitu Austronesia.
Salah satu ahli yang mendukung Teori Out of Taiwan adalah Harry Truman Simanjuntak.
Kebudayaan yang dibawa
Ketika bermigrasi, para penutur Austronesia memperkenalkan kebudayaan kepada masyarakat setempat.
Oleh karena itu, interaksi budaya dan dalam beberapa hal silang genetika pun tidak dapat dihindari.
Salah satu kebudayaan mereka yang paling berpengaruh adalah budaya maritim.
Para penutur bahasa Austronesia merupakan bangsa pelaut yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di lautan dan bermigrasi dari satu pulau ke pulau lainnya.
Budaya ini kemudian menjadi sebuah ciri khas tersendiri di Indonesia, yang merupakan negara kepulauan.
Selain budaya maritim, kebudayaan lain yang dibawa di antaranya:
- Bercocok tanam (padi, jewawut, tebu, ubi, dan keladi raksasa)
- Domestikasi ternak (babi, anjing, dan ayam)
- Teknologi perkapalan
- Pembuatan gerabah
- Perhiasan dari kerang
- Tenun
- Kebiasaan makan sirih
Tak hanya itu, ditemukan pula adanya kesamaan linguistik di antara masyarakat di kepulauan Asia Tenggara.
Seperti contohnya kata burung, yang dalam bahasa Jawa disebut manuk, sedangkan dalam bahasa Tagalog disebut manok.
Hal tersebut menginsikasikan bahwa masyarakatnya berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu penutur bahasa Austronesia.
Bukti sejarah
Penanda identitas penutur bahasa Austronesia yang paling terlihat di Indonesia adalah pemujaan terhadap leluhur.
Pemujaan terhadap leluhur ini tercermin dengan penggunaan bangunan megalitik sebagai sarana peribadatan.
Selain itu, para penutur bahasa Austronesia juga memiliki budaya bercerita melalui lukisan dinding gua.
Lukisan dinding gua merupakan salah satu ciri khas penutur bahasa Austronesia dalam mengekspresikan kisah perjalanan, keseharian mereka seperti berburu hewan, bercocok tanam, dan juga ritual penguburan.
Proses migrasi yang terjadi seakan menjadi titik balik peradaban manusia di Asia Tenggara, khususnya Indonesia karena budaya yang mereka bawa dengan cepat tersebar dan bertahan hingga kini.