T Agus Khaidir Raih Cerpen Terbaik Kompas 2022 dengan 'Ihwal Nama Majid Pucuk'

Ade S

Editor

T Agus Khaidir meraih Cerpen Terbaik Kompas dalam Malam Anugerah Cerpen Kompas 2022 dengan karyanya Ihwal Nama Majid Pucuk.
T Agus Khaidir meraih Cerpen Terbaik Kompas dalam Malam Anugerah Cerpen Kompas 2022 dengan karyanya Ihwal Nama Majid Pucuk.

Intisari-Online.com -Malam Anugerah Cerpen Kompas kembali digelar secara langsung di halaman Bentara Budaya Jakarta pada Jumat (27/10/2023), setelah tiga tahun sebelumnya dilakukan secara virtual.

Diselenggarakannya acara ini merupakan bentuk apresiasi kepada para penulis cerita pendek Indonesia.

Acara ini sendiri sekaligus menjadi puncak dari Festival Kata yang diselenggarakan oleh Kompas dengan tema ”Merawat Literasi, Merawat Kebudayaan”.

Festival yang berlangsung pada 26-27 Oktober 2023 ini didukung oleh Kemendikbudristek sebagai sponsor utama dan UOB serta Indosat sebagai sponsor pendamping.

”Kompas merasa bertanggung jawab untuk ikut menjaga sastra koran,” kata Sutta Dharmasaputra, Pemimpin Redaksi Harian Kompas (Kompas.id), Jumat (27/10/2023).

Pada tahun 2022, Redaksi Harian Kompas menerima 3.017 Cerpen untuk dimuat di harian Kompas.

Namun, hanya 49 cerpen yang lolos kurasi dan diterbitkan di harian Kompas pada tahun tersebut.

Dari 49 cerpen yang terbit di Kompas, lima juri memilih 20 cerpen yang masuk nominasi Cerpen Terbaik Pilihan Kompas 2022.

Ke-20 penulis cerpen yang masuk nominasi Malam Anugerah Cerpen Kompas adalah Muram Batu, T Agus Khaidir, Meutia Swarna Maharani, Surya Gemilang, Ranang Aji SP, Artie Ahmad, Risda Nur Widia, Kiki Sulistyo, Supartika, A Muttaqin, Yulizar Lubay, Agus Dermawan T, Atta Verin, Saras Dewi, Mashdar Zainal, Rizqi Turama, Ahda Imran, Ahimsa Marga, Damhuri Muhammad, dan Silvester Petara Hurit.

Setelah melalui proses penjurian, Cerpen Terbaik Kompas diraih oleh T Agus Khaidir dengan karyanya berjudul Ihwal Nama Majid Pucuk.

Juri menilai Agus pantas menjadi pemenang setelah melalui diskusi yang intensif.

Tidak mudah memilih pemenang karena cerpen-cerpen yang masuk nominasi memiliki tema yang cukup beragam.

Mulai dari naskah kuno, tradisi, budaya lokal, isu keluarga, isu sosial, hingga tema futuristik tentang kecerdasan buatan.

”Di tengah keragaman tema-tema yang menjanjikan itu, cerpen Ihwal Nama Majid Pucuk yang sejatinya mengangkat tema sosial yang sederhana bisa menarik perhatian dengan cara bercerita yang cukup memikat,” ujar M Hilmi Faiq, salah satu anggota Dewan Juri.

Agus berhasil menciptakan hiperteks dalam cerpennya.

Artinya, cerpen tersebut menggambarkan drama kehidupan bertetangga yang juga bisa diartikan sebagai bentuk simulasi kehidupan sosial-politik masyarakat sebuah negara.

Ihwal Nama Majid Pucuk menyindir soal uang tutup mulut, sebuah masalah umum di negeri ini.

”Saya shock sekali, tidak menyangka hari ini cerpen saya terpilih jadi cerpen terbaik Kompas karena banyak karya lain yang saya rasa cukup bagus, sangat sastrawi,” kata Agus.

Agus mengaku, latar belakangnya sebagai wartawan mempengaruhi gaya menulisnya.

Apalagi, tiga tahun ini dia banyak meliput berita-berita kriminalitas. Maka tak heran warna cerpennya belakangan ini agak ”gelap”.

Artikel Terkait