Intisari-Online.com - Bagi pembaca setia cerpen-cerpen Kuntowijoyo—sejarawan cum budayawan cum esain cum sastrawan—pasti tidak asing dengan judul cerpet “Laki-laki yang Kawin dengan Peri”. Lebih-lebih cerpen ini pernah ditasbiskan sebagai cerpen pilihan Kompas tahun 1996. Ternyata, laki-laki yang kawin dengan peri tak hanya ada di cerpen saja, tapi di dunia nyata.
Jika di cerpen Kuntowijoyo kita mengenal Kromo Busuk, maka di dunia nyata ini kita dihadapkan dengan nama Bagus Kodok Ibnu Sukodok—biasanya dipanggil Eko Kodok. Pria 65 tahun asli Ngawi, Jawa Timur, itu memutuskan untuk menikahi peri yang belum pernah ia jumpai sama sekali, bernama Roro Setyowati.
Seperti dipaparkan oleh Kompas.com, Eko pertama kali betemu dengan Si Peri dalam mimpi. Setelah itu, Kodok tidak pernah lagi bertemu dengannya.
Menurut cerita Eko, sekitar lima tahun yang lalu, saat ia hendak pergi ke Ketangga, Paron, Ngawi, ia mampir ke sebuah kali untuk buang air. Beberapa hari kemudian, Eko mimpi bertemu dengan perempuan dengan pakaian adat Jawa. Ia memperkenalkan diri sebagai Roro Setyowati.
Pertemuan di mimpi itu mungkin untuk pertama dan terakhir, karena setelah itu, Eko praktis tidak pernah bertemu dengan Si Peri. “Paling-paling hanya membisiki dan menyenggol saja,” tutur Eko.
Bisikan-bisikan yang diutarakan oleh Peri, menurut Eko, selalu berisi hal-hal positif, sehingga bisa memotifasinya untuk berlaku lebih baik. Eko yang seorang seniman juga merasa terbantu dengan nasihat-nasihat Si Peri.
Salah seorang kawannya, yang berprofesi sebagai paranormal, pernah menawarinya agar bisa bertemu dengan Si Peri. Eko menurut. Ia diberi mantra dan dipijat untuk membuka indra keenamnya. Tapi semua upaya itu gagal total, ketakutan Eko sendiri. Meski tidak pernah bertemu, Eko mengaku rutin berdialog dan merasakan kehadiran makhluk tidak kasat mata itu.
Sampai akhirnya, Eko meresmikan hubungannya dengan Si Peri dengan dibantu oleh Bramantyo, seorang konseptor pernikahan. Maka, sekarang sudah sah, bahwa laki-laki yang menikah dengan peri tidak hanya adai cerpen saja, tapi juga di dunia nyata. (Kompas.com, Merdeka.com)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR