Ditawari Anies Dan Prabowo, Ternyata Ini Alasan Mahfud MD Mantap Terima Pinangan Ganjar Pranowo

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Mahfud MD sempat menerima tawaran dari pihak Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Tapi dia mantap menjadai cawapres Ganjar Pranowo.
Mahfud MD sempat menerima tawaran dari pihak Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Tapi dia mantap menjadai cawapres Ganjar Pranowo.

Mahfud MD sempat menerima tawaran dari pihak Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Tapi dia mantap menjadai cawapres Ganjar Pranowo.

Intisari-Online.com -Mahfud MD resmi menjadi pendamping Ganjar Pranowo dalam konstestasi politik Pilpres 2024 nanti.

Meski begitu, pria berdarah Madura itu juga mengaku mendapat pinangan dari Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.

Mantan Ketua MK itu pun buka-bukaan soal alasannya menerima tawaran Ganjar.

Menurut Mahfud,tawaran menjadi cawapres Anies Baswedan disampaikan oleh Presiden PKS Ahmad Syaikhu.

TapiMahfud langsung menolak tawaran tersebut karena tidak ingin partai yang ada di Koalisi Perubahan, yakni PKS, NasDem, dan Demokrat pada saat itu pecah.

Mahfud juga tidak ingin ketika pengusulan namanya di Koalisi Perubahan berbuntut tuduhan pemecah belah koalisi.

"Saya sudah dihubungi oleh mereka pada saat itu, bahkan Ketua Parpol yang menghubungi saya," kata Mahfud.

"Pak Syaikhu, dia bilang, 'Pak Mahfud kami menjajaki cari orang ini, kami kan punya hak untuk mengusulkan nama. Mau enggak Pak Mahfud dipasangkan dengan Pak Anies?"

Mendengar tawaran itu, Mahfud MD langsung bilang tidak.

"Bukan saya ada masalah dengan Pak Anies, partai Anda nanti pecah. Karena nanti kalau Anda bawa saya k esana, salah satu partai, Partai Demokrat, bisa lari dari tempat anda," terangnya.

"Nanti saya yang dituduh memecah belah. Padahal tugas saya menjaga. Tawaran bukan dari Anies, tapi dari Ketua PKS Pak Syaikhu."

Mahfud juga sempat mendapat tawaran menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto.

Tawaran tersebut awalnya diungkapkan dalam beberapa pertemuan antara Mahfud dan Prabowo.

Baik saat pertemuan di Istana maupun saat Prabowo berkunjung ke rumahnya di momen Hari Raya.

"Datang tawarannya dari Pak Prabowo, tetapi tidak langsung. Jadi Hari Raya dia (Prabowo) ketempat saya, di Istana juga pernah bilang 'Pak Mahfud ini mau Pilpres, kita dulu pernah sama-sama ya, kita bisa menjemput takdir kiranya.' Lalu salaman sebentar."

"Habis itu dia ke rumah juga dengan saya, ketemu saya sendiri di rumah, momennya Hari Raya. 'Gimana Pak Prabowo dengan siapa (pasangan cawapres).'"

"Pak Prabowo bilang, 'Saya mau dengan NU, tapi bukan dengan PKB. Saya mau koalisi dengan PKB. Tapi wapres dari NU bukan dengan Cak Imin."

"Saya tanya siapa, dijawab, 'Ya nomer 1 Khofifah, nomor 2 Pak Mahfud, tapi NU-nya. PKB-nya kita pakai sebagai koalisinya," ungkap Mahfud.

Mahfud mengaku tidak pernah menolak atau mengiyakan tawaran Prabowo tersebut.

Ia hanya menyarankan Prabowo untuk melakukan simulasi apabila nama Mahfud masuk dalam radar cawapres.

Salah satu alasan yang akhirnya membuat Mahfud tak bersanding dengan Prabowo adalah pandangannya terhadap tim suskes Prabowo.

Menurut Mahfud, dia tidak bisa bersanding dengan Prabowo karena orientasi sosok cawapres yang diinginkan tim sukses Prabowo bukanlah dirinya.

"Kan Pak Prabowo menurut saya juga sudah terlalu senior, sehingga meskipun saya tidak pernah bilang iya dan tidak ke Pak Prabowo, tapi rasanya kalau saya lihat dari tim suksesnya, orientasinya bukan ke orang seperti saya," terang Mahfud.

Mahfud Pilih Bersanding dengan Ganjar

Mahfud mengungkapkan beberapa alasan yang membuatnya memilih Ganjar dibandingkan dua capres lainnya, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.

Mantan Ketua MK ini menuturkan, ia merasa bisa saling melengkapi dengan Ganjar.

Selain itu, Mahfud juga merasa tidak punya benturan emosional atau psikologis dengan Ganjar.

Terlebih, Mahfud sudah mengenal Ganjar sejak lama, saat masih sama-sama di DPR hingga saat ia menjadi Ketua MK dan Ganjar menjadi Gubernur Jateng.

Hal itu lah yang kemudian membuat Mahfud akhirnya mantap berpasangan dengan Ganjar di Pilpres 2024.

"Saya merasa bisa saling melengkapi dengan Pak Ganjar, karena saya tidak punya benturan emosional, psikologis dengan Pak Ganjar. Saya berpikir dengan Pak Ganjar cocok-cocok saja."

"Artinya begini, misal Pak Ganjar jadi Presiden, ada masalah, saya kerjakan pasti dia tidak akan komplain, itu kira-kira sudah benar. Seumpama Pak Ganjar mengerjalan sesuatu, dia minta bantu, minta dukung pasti tidak ada masalah. Tidak akan ada saling menyembunyikan."

"Saya kan sudah lama kenal beliau (Ganjar), sejak beliau di DPR, beliau (saat jadi) Gubernur, saya sering makan di kantornya, beliau pernah di rumah saya. Diskusinya sama, tentang bagaimana meluruskan reformasi untuk masa depan Indonesia," tutur Mahfud.

Itulah alasan Mahfud MD menerima pinangan Ganjar Pranowo.

Artikel Terkait