Intisari-Online.com -Kerokan adalah pengobatan tradisional yang populer di Indonesia
Banyak orang yang percaya bahwa kerokan bisa mengatasi masuk angin atau rasa sakit di tubuh.
Namun, tahukah Anda bahwa kerokan bisa berakibat fatal bagi orang dengan kondisi tertentu? Apa saja bahayanya?
Bagaimana cerita Gembong Warsono, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI, yang meninggal dunia secara mendadak setelah melakukan kerokan?
Baca artikel ini untuk mengetahui jawabannya.
Gembong Warsono Sempat Kerokan
Gembong Warsono, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta, meninggal dunia secara mendadak setelah melakukan kerokan.
Gembong Warsono mengalami kejang-kejang dan terjatuh dalam pelukan istrinya.
Namun, tidak ada yang mendengar teriakan minta tolong dari istrinya.
Anak Gembong Warsono, Yanuar Prabowo (31), menceritakan kejadian sebelum ayahnya menghembuskan napas terakhir.
Yanuar mengatakan ayahnya baru saja pulang dari Rapat DPRD DKI Jakarta, di Grand Cempaka Resort and Convention, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Jumat (13/10/2023) sekitar pukul 19.00 WIB.
Baca Juga: Musim Hujan Bikin Masuk Angin, Apakah Kerokan Sebagai Cara Efektif untuk Mengatasinya?
Saat sampai di rumah, Yanuar Prabowo menyebut Gembong Warsono masih dalam keadaan sehat.
"Sehat-sehat aja, kemarin bapak ada acara di Puncak, terus pulang jam 7 (malam), masih segar. Terus ganti baju, masih makan dulu," ujar Yanuar, dilansir dariWartakota, Sabtu (14/10/2030).
"Masih teleponan juga sama temannya," tambahnya.
Gembong Warsono bahkan sempat potong rambut setelah berbicara dengan rekannya.
"Selesai potong rambut jam 8, jam 9. Setelah itu, ngobrol-ngobrol di depan sama warga sampai jam 11an, terus masuk ke rumah," ucap Yanuar.
Saat masuk ke rumah, Yanuar mengetahui ibunya sempat mendengar Gembong Warsono sendawa terus-menerus.
"Pas di rumah, bapak kaya sendawa terus ibu bilang. Saya waktu itu lagi di luar, ibu lagi ada di rumah, kebangun, nanya ke bapak "kenapa?"," ceritanya.
Gembong Warsono, kata Yanuar, sempat mengeluh sakit dada.
"Kebiasaan bapak, kalau badan enggak enak dikit, pasti kerokan. Minta dikerok sama ibu. Pas dikerok, tahu-tahu bapak kejang," ungkap dia.
"Jatuh, tapi ketangkap sama ibu, bapak di depan, ibu di belakang pas kerok. Ibu teriak enggak ada yang dengar, soalnya udah pagi, ibu suaranya juga enggak kencang," lanjutnya.
Yanuar kemudian menerima telepon dari ibunda tentang kondisi ayahnya.
Ia segera kembali ke rumah dan sempat memberikan nafas buatan untuk ayahnya.
"Pas saya datang, bapak masih nafas, tapi srek. Yang bisa saya lakukan coba bantu nafas buatan sama RJP," tuturnya.
"Nafasnya agak panjang, cuman dua, tiga kali. Saya coba, tapi udah enggak ada akhirnya (meninggal)," sambung Yanuar.
Jangan Sembarangan Kerokan
Di Indonesia, banyak orang yang percaya bahwa kerokan bisa mengatasi masuk angin. Ada juga yang lebih suka kerokan daripada minum obat jika merasa tidak enak badan.
Kerokan sebenarnya adalah teknik pengobatan tradisional dari China yang disebut Gua sha, yang artinya menggosok kulit kita.
Tujuannya adalah untuk memperbaiki aliran darah dalam tubuh kita dengan cara mengeluarkan energi atau chi yang tersumbat.
Dengan begitu, berbagai macam penyakit, mulai dari yang ringan sampai yang berat, bisa diobati dengan kerokan.
Biasanya, kerokan bisa menghilangkan rasa sakit atau kaku pada otot dan tubuh. Selain itu, kerokan juga bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita.
Namun, kerokan tidak selalu aman, lo.
Apa saja bahayanya? Simak penjelasannya dari laman Tribun Style berikut ini.
1. Menyebabkan kontraksi dini
Bagi ibu hamil, kerokan sangat tidak disarankan karena bisa menyebabkan kontraksi dini.
Hal ini terjadi karena zat Cytokines yang dilepaskan akibat peradangan setelah kerokan bisa memicu zat Prostaglandin.
Zat Prostaglandin inilah yang bisa menyebabkan rahim berkontraksi sebelum waktunya.
Oleh karena itu, ibu hamil harus menghindari pengobatan tradisional ini.
2. Meningkatkan risiko stroke
Kerokan membuat kulit kita bergesekan dengan uang logam atau benda lainnya. Akibatnya, pembuluh darah di bawah kulit bisa terbuka.
Jika dilakukan terus menerus, pembuluh darah yang semula kecil bisa menjadi besar.
Dan jika hal ini terjadi, pembuluh darah bisa saja pecah.
Hal inilah yang bisa meningkatkan risiko stroke.
3. Menginfeksi kulit
Kerokan membuat pembuluh darah di dekat kulit pecah, sehingga meninggalkan bekas merah atau ungu.
Saat kulit kita berwarna seperti itu, kita harus merawatnya dengan baik.
Jika tidak, kulit kita bisa terasa sakit. Bahkan, kulit kita bisa bengkak-bengkak, berdarah, dan terinfeksi, lho!
Untuk itu, sebaiknya kompres bagian yang dikerok dengan es batu agar memarnya cepat hilang.
Jangan lupa juga untuk membersihkan barang yang kita gunakan untuk kerokan agar steril.
4. Tidak cocok untuk semua orang
Orang yang memiliki kulit tipis, mudah berdarah, memiliki infeksi kulit, atau mengonsumsi obat pengencer darah sebaiknya tidak melakukan kerokan.