Populasi Terus Menurun, Ikan Wader Ijo Dikhawatirkan Punah

Chatarina Komala

Editor

Populasi Terus Menurun, Ikan Wader Ijo Dikhawatirkan Punah
Populasi Terus Menurun, Ikan Wader Ijo Dikhawatirkan Punah

Intisari-Online.com -- Ikan Wader Ijo dikhawatirkan akan mengalami kepunahan. Hal ini terjadi karena populasinya di kawasan perairan Rawa Pening, Kabupaten Semarang semakin menurun.Riset yang dilakukan oleh Dinas Perikanan setempat menyebutkan, populasi ikan khas (endemik) di perairan darat terbesar pulau Jawa ini tak kurang dari 10 persen dari jumlah populasi ikan di Rawa Pening saat ini.Agus Purwoko Djati, Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Semarang mengungkapkan, sebuah riset kecil telah dilakukan dalam rangka menghitung populasi ikan Wader Ijo yang merupakan ikan asli Rawa Pening. Melalui sampel yang diambil dari beberapa nelayan di lokasi berbeda, ia menyimpulkan bahwa jumlah ikan ini semakin sedikit."Hasil survei mengatakan jika ikan Wader ijo ini semakin sulit ditangkap. Sementara ini dapat saya simpulkan jumlah ikan Wader ijo berkurang dari sepuluh persen," ungkapnya, pada Minggu (2/3) siang.Punah karena ekspansi ikan lain

Agus pun mengungkapkan analisa penyebab langkanya ikan Wader Ijo. Faktor persaingan atau kompetisi dengan ikan-ikan baru dalam mencari makan menyebabkan ikan ini dikhawatirkan punah.Ikan jenis baru ini merupakan ikan yang bukan ikan asli rawa pening, seperti ikan pemakan eceng gondok (grass carp), gurami, nila, dan lele.Selain itu, maraknya nelayan yang gemar menggunakan jaring kecil juga menjadi faktor lain yang mengakibatkan ikan yang masih kecil ini tidak dapat berkembang biak."Biasanya ikan Wader Hijau ukuran 1 centimeter ini digunakan untuk kripik, jelasnya.Sebuah kerja sama dengan pakar perikanan dari Universitas Dipenogoro pun akan dilakukan dalam memastikan jumlah populasi ikan Wader Ijo ini.

"Selain mengetahui populasinya kita juga akan mencari tahu penyebab menurunnya jumlah ikan-ikan ini. Kemudian tentunya juga akan kita teliti cara pengembangbiakan ikan ini," ungkapnya. (National Geographic Indonesia)