Intisari-Online.com - Harapan muncul mengenai pelestarian badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten. Karena menurut hasil monitoring tahun 2013, kamera pengintai berhasil menangkap 60 kali aktivitas badak yang berbeda.
Sebelumnya pada 2011, hanya 35 badak yang bisa teridentifikasi kamera pengintai, jumlah ini terdiri dari 22 jantan dan 13 betina. Selanjutnya pada 2012, ditemukan 51 badak yang terdiri dari 29 jantan, 22 betina, dan delapan anakan. Hal ini menjadi tren positif tentang bertambahnya populasi badak Jawa.
Sekarang, di tahun 2013, populasi badak Jawa mengarah positif. Menurut Moh Haryono, Kepala Balai TNUK, identifikasi melalui jebakan kamera dengan delapan parameter kunci tentang struktur penampakan badak Jawa, menghasilkan 60 badak yang berbeda.
“Sebanyak 52 pernah terekam tahun 2011-2012, delapan badak baru terekam pada monitoring 2013.” Katanya saat merilis hasil monitoring badak Jawa tahun 2013 di pendopo Kabupaten Pandeglang.
Sayangnya dua badak ditemukan mati, Badak Jawa bernama Sudara mati pada Februari 2012 dan Iteung mati Juni tahun selanjutnya. “Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan pada tahun 2013 setidaknya ada 58 badak Jawa di TNUK. Terdiri dari 35 jantan, dan 23 betina. Dari jumlah itu terdapat delapan anak dan 50 lainnya remaja atau dewasa.”
Anwar Purwoto, Direktur Program Sumatera dan Kalimantan mengatakan jika WWF-Indonesia memberikan apresiasi terhadap upaya yang dilakukan oleh Balai TNUK dalam mengelola populasi dan habitat badak Jawa selama ini.
Keberhasilan ini menjadi dasar bagi pengembangan habitat kedua badak Jawa di luar TNUK. Habitat kedua atau second population, diperlukan untuk lebih menyelamatkan badak Jawa, mengingat letak geografis Indonesia yang kerap dilanda bencana alam seperti erupsi, gempa bumi, dan tsunami, termasuk daerah Ujung Kulon yang juga rentan akan bencana alam.
Elisabet Purastuti melalui WWF-Indonesia melakukan riset dalam mencari habitat kedua, mereka akhirnya menilai kawasan Cikepuh, dekat Pelabuhan Ratu sebagai kawasan ideal.
“Kita masih terus meneliti. Sementara ini Cikepuh dinilai pas. Kita perlu meneliti lebih dalam. Harus memastikan ketersediaan air dan pakan cukup. Harus dipertimbangkan ancaman lain seperti mangsa, penyakin dan lain. Masih jauh untuk bisa translokasi badak Jawa ke habitat baru.” (wwf.or.id/mongabay.co.id)